Rasanya masih seperti mimpi kehilangan Paman secepat ini. Rasanya baru kemaren kita merayakan Hari Raya Idul Fitri 1436H bersama. Rasanya masih terngiang betul suara Paman dalam telinga Saya ini. Paman yang tidak pernah masuk rumah sakit, tiba-tiba saja pada tanggal 16 Agustus 2015 yang lalu masuk rumah sakit karena merasa sakit pada bagian perutnya. Bahkan beliau masih mampu mengendarai motor sendiri ke rumah sakit. Pada tanggal 17 Agustus 2015 yang lalu Saya pun masih bercanda gurau dengan beliau di rumah sakit. Beliau adalah sosok yang penuh inspirasi. Beliau sangat aktif dalam dunia organisasi. Semasa mudanya, beliau pernah menjadi Ketua Gerakan Pemuda Ansor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota Kediri. Beliau menyelesaikan studi S1 dan S2nya di FISIPOL UGM. Semenjak kuliah di UGM beliau sudah menjadi seorang aktivis. Karena itulah, pada tahun 1999, pasca reformasi beliau diminta bergabung dalam Partai Kebangkitan Bangsa bersama Gus Dur yang kemudian mengantarkan Gus Dur menjadi seorang Presiden dan Paman menjadi Anggota DPRD Kota Kediri Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa. Paman adalah orang yang tahan banting dan memiliki mental yang kuat. Dia selalu berbesar hati ketika disakiti oleh rival politiknya. Sampai suatu ketika, perpecahan terjadi dalam tubuh PKB (Kubu Gus Dur dan Muhaimin) yang pada akhirnya Paman memutuskan untuk keluar dari PKB. Sempat berhenti dari partai politik selama setahun, Paman kemudian diminta Surya Paloh bergabung dengan Partai Nasdem. Paman menerima tawaran tersebut dan menjadi Ketua DPD Partai Nasdem Kota Kediri. Pada tahun 2011, saat Rapimnas I Partai Nasdem di Hotel Mercure Jakarta, Saya diajak paman untuk bertemu dengan Surya Paloh karena waktu itu kebetulan Saya menjadi Ketua BEM FIB Undip dan hendak dikenalkan dengan Surya Paloh sekaligus ingin mengantarkan undangan Seminar Kebangsaan dari BEM. Sebenarnya Paman berharap Saya bisa masuk dalam dunia politik meneruskan perjuangannya. Namun karena Ibu Saya tidak mengizinkan maka akhirnya Saya pun tidak bisa memenuhi keinginan Paman. Saya belajar banyak tentang dunia organisasi dari Paman salah satunya seperti bagaimana menghadapi dan berkomunikasi dengan berbagai macam karakter orang mulai dari masyarakat biasa hingga pejabat negara. Paman adalah sosok yang "Mudah Bangun dan Mudah Tidur". Dimanapun dan bagaimanapun tempatnya, beliau bisa terlelap tidur tapi juga bisa bangun begitu mudah. Saya masih ingat betul waktu itu Saya diajak Paman ke kantor DPW Nasdem Jatim di Surabaya, di dalam mobil beliau tertidur, tapi waktu Saya ngobrol sama teman beliau di mobil tentang pelemahan KPK, beliau langsung bangun dan ikut berkomentar. Sepertinya Paman mewarisi kebiasaan Gus Dur yang mudah tidur dimanapun tapi juga mudah bangun dan bisa langsung nyambung ketika diajak bicara.
Saya termasuk keponakan yang paling dekat dengan beliau. Mungkin karena itulah, saat Saya hendak ingin kembali ke Depok, rasanya ada yang menghentikan langkah Saya agar tidak kembali ke Depok terlebih dahulu. Waktu itu Saya masih ingat betul ingin membeli tiket kereta online, dan ketika sampai di ATM, ternyata ATMnya lagi rusak. Keesokan harinya ternyata mendapatkan kabar kalau Paman masuk rumah sakit. Akhirnya Saya pun memutuskan untuk menunda keberangkatan kembali ke Depok. Kami sekeluarga berpikir Paman hanya sakit perut biasa. Namun, ternyata itu adalah pertanda bahwa Paman berpulang kepada Allah Ta'ala. Firasat itu juga dirasakan oleh Nenek. Entah kenapa Nenek merasa bahwa putra keduanya itu akan pergi. Sebelum Paman masuk rumah sakit, Paman sering membelikan sarapan untuk Nenek. Padahal sekarang Paman tinggal di Sragi, rumah ayah mertuanya yang setahun lalu juga telah berpulang dan jaraknya cukup jauh dengan rumah Nenek di Banaran. Saat di rumah sakit juga Paman menceritakan semuanya kepada Nenek tentang keinginan dan cita-cita beliau mendirikan Panti Asuhan Abbasiyah. Beliau juga menitipkan pesan kepada Bapak agar meneruskan perjuangan Paman untuk mengembangkan Yayasan Pendidikan Islam Al-Falah Banaran. Selama seminggu Paman di rumah sakit. Kamis, 20 Agustus 2015, Paman drop dan masuk ICU. Waktu itu Saya, Ibu dan Bapak berada dalam ruang ICU menunggu Paman yang diagendakan operasi pada hari Jumat, 21 Agustus 2015. Jam 10 malam, Saya, Ibu dan Bapak pamit pulang sebentar dan kemudian gantian dengan Pak Udin (Adik Kedua Bapak), Nenek, dan Bulek Alim (Istri dari Paman) yang menunggu Paman. Pkl. 04.00 WIB, Bapak mendapatkan telp dari Pak Udin bahwa Paman telah meninggal dunia pada Pkl. 03.30. Seketika Bapak dan Ibu ke rumah sakit, dan Saya menyiapkan segala sesuatunya di rumah Nenek untuk pemakaman Paman. Hari Jum'at, 21 Agustus 2015 Pkl.09.00 Paman di makamkan di Tempat Pemakaman Umum Banaran tepat di sebelah makam Mbah Kung Abbas.
Saya baru menyadari bahwa apa yang beliau sampaikan adalah pesan terakhir dari beliau sebelum meninggal. Kata-kata terakhir Paman waktu di rumah sakit "Mudah Bangun Mudah Tidur" adalah pesan agar tetap menjaga ibadah sholat malam. Selain itu kata-kata itu mengandung pesan agar tidak gampang menyerah dalam hidup. Ketika terjatuh, jangan takut untuk bangun. Hanya butuh 20 detik untuk kita berani bangkit. Selamat jalan Paman. Kami semua akan selalu mendoakan Paman. Kami semua menyaksikan wajah Paman tersenyum saat jenazah Paman dimandikan. Nenek juga menjadi saksi bahwa Paman mengucap kalimat "Ya Allah" saat sakaratul maut menjemput Paman. Bahkan Paman dipanggil Allah Swt saat ingin melaksanakan sholat malam. Paman juga dipanggil Allah Swt di hari Jum'at dan karena sakit pada bagian perut. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw yang mengatakan bahwa "tidaklah seorang muslim yang meninggal pada hari Jum'at atau malam Jum'at melainkan Allah melindunginya dari siksa kubur." Dalam hadits lain dikatakan bahwa dari Jabir bin 'Atik dengan sanad marfu', Rasulullah Saw. bersabda "syuhada ada tujuh selain terbunuh dijalan Allah yakni yang mati karena wabah tha'un syahid, yang tenggelam syahid, yang mati karena sakit bengkak yang panas pada selaput dada syahid, yang sakit perut syahid, yang mati terbakar syahid, yang mati terkena reruntuhan syahid, dan wanita yang mati setelah melahirkan syahid." Bila dilihat dari tanda-tanda yang disampaikan dalam hadits Nabi tersebut, InsyaAllah dan mudah-mudahan Paman berpulang dalam keadaan baik (khusnul khotimah). Terimakasih Paman. Saya menulis ini karena Saya belum sempat mengucapkan terimakasih secara langsung dan Saya yakin Paman membaca tulisan ini. Saya akan selalu simpan nomer HP dan pesan-pesan Paman selama ini. Semoga Paman selalu bahagia disana, duduk bersama Mbah Kung Abbas dan Rasulullah Saw. Amiin YRa.
Saya juga baru menyadari bahwa banyak pertanda yang Saya dan juga anggota keluarga lain alami sebelum beliau meninggal seperti mimpi dan firasat. Sampai suatu ketika Saya menceritakan kepada sahabat Saya tentang mimpi dan firasat tersebut. Kemudian sahabat Saya itu memberikan nasehat kepada Saya agar menjadikan mimpi dan firasat itu sebagai peringatan untuk kita lebih berhati-hati dalam menjalani kehidupan ini. Kata-kata sahabat Saya itu kemudian memberikan ketenangan hati dan pikiran Saya karena mimpi dan firasat itu menghantui Saya setiap harinya. Saya sangat berterimakasih kepada Sahabat Saya dan bersyukur kepada Tuhan karena dipertemukan dengan Sahabat yang selalu memberikan motivasi dan menjadikan Saya lebih baik lagi dalam menjalani kehidupan ini. Terimakasih....