20 Januari 2015 kemarin adalah hari ulang tahun Bapak. Saya bersyukur bisa berada di rumah saat ulang tahun Bapak tahun ini. Meskipun tidak lengkap rasanya tanpa kehadiran adik kandung saya pertama yang sempat pulang sebentar karena acara pernikahan saudara dan beberapa hari yang lalu harus kembali ke Semarang untuk menyelesaikan kontraknya menjadi tentor mengajar Bahasa Indonesia 11 Mahasiswa Asal Korea di hari libur semester ini. Ya hari liburan semester selalu saya gunakan untuk memaksimalkan bakti kepada orangtua. Sebagai anak pertama, tentu menjadi tanggungjawab saya untuk selalu menjaga kedua orangtua dan ketiga adik kandung saya. Hal itu sebagai salah satu bentuk syukur saya kepada Tuhan karena telah dilahirkan dalam keluarga ini. Merasakan bagaimana perjuangan Bapak dan Ibu dulu waktu semasa saya kecil. Membesarkan saya dalam rumah kontrakan yang hanya berisikan almari jati satu buah dan kloso (tikar). Membesarkan saya dalam nuansa perjuangan dan kerja keras menjalani kehidupan. Merasakan jatuh bangunnya berwirausaha, perjalanan dari mulai jualan es tebu, jagung bakar, ronde, bakso, toko sembako, wartel & foto copy, hingga saat ini membuka depo air isi ulang Al-Kautsar. Alhamdulillah....
Bapak selalu mengajarkan tentang arti kerja keras pantang menyerah tanpa mengeluh. Beliau selalu berpesan kepada anak-anaknya untuk selalu menjaga sholat dimanapun berada. Bahkan saat mencari kos-kosan ketika kuliah di luar kota, syarat yang paling utama adalah harus dekat dengan Masjid. Kata Bapak, ada pesan yang diwasiatkan dari Alm. Mbahkung Abbas untuk anak-anak dan cucu-cucunya jika kelak menjadi orangtua yakni sebagai orangtua harus wajib selalu menanyakan kepada anak-anaknya, pertama "Yang Endi Parane?(Kemana Perginya)", kedua "Karo Sopo?(Dengan siapa?)", ketiga "Nyapo?(Sedang Apa?)", dan keempat "Wis sholat opo durung?(Sudah Sholat Apa Belum?)" Orangtua harus tahu kemana anaknya pergi, jika pergi dengan seseorang harus tahu dengan siapa perginya, kemudian perginya dalam rangka apa, dan yang paling penting adalah sudah menunaikan sholat wajib 5 waktu apa belum. Inilah resep rahasia dalam mendidik anak dari Kakek yang diturunkan kepada Bapak. Mungkin karena pesan dari Kakek itulah, saya selamat dari jaman jahiliyyah masa-masa SMP dulu yang sudah sempat saya ceritakan dalam artikel blog ini. Semua orang memiliki masa lalu tapi yang terpenting adalah bagaimana orang tersebut menyikapinya, apakah meratapi menjadi lebih buruk atau justru bangkit untuk menjadi lebih baik setiap waktu. Karena kata Nabi, sebaik-baik manusia adalah setiap waktunya selalu digunakan untuk menjadi pribadi yang lebih baik di mata manusia dan Allah Swt.
Bapak juga mengajarkan pentingnya menuntut Ilmu karena dengan Ilmu kita akan tahu mana yang benar dan mana yang salah. Dengan Ilmu kita akan menjadi lebih dekat dengan Allah Swt. Dengan Ilmu manusia akan semakin tahu tentang hakikat hidup ini yang hanya sementara waktu. Dengan Ilmu maka akhlak/budi pekerti kita akan semakin baik. Beliau selalu menegaskan dan menyampaikan pesan kepada anak-anaknya bahwa dalam sebuah riwayat hadits Nabi Muhammad Saw, hanya akan ada 3 amal yang meskipun kita telah tiada maka amal tersebut akan terus mengalir menjadi pahala bagi kita yakni Amal Jariyah, Ilmu yang Bermanfaat, dan Anak Sholeh/Sholehah yang Selalu Mendoakan Kedua Orangtuanya. Kata Bapak, "Le, mbesok anakmu ajarono telung perkoro iki, InsaAlloh bakal selamet dunyo lan akherat (Le, besok anakmu kasih tahu tentang tiga perkara ini, InsaAlloh akan selamat dunia dan akherat). Beliau juga berpesan, jangan meninggalkan harta berlimpah kepada anak-anak tanpa kalian berikan Ilmunya. Ibarat memancing ikan, jangan langsung beri mereka ikan, akan tetapi berikan mereka alat pancingnya agar mereka bisa mencari ikan sendiri. Itulah Bapak, dari kecil kami dididik untuk tidak mudah mengandalkan harta maupun kedudukan orangtua. Saya masih ingat betul waktu itu ketika saya tidak diterima di SMA Negeri 2 Kediri dan Bapak mendapatkan tawaran dari koleganya untuk memasukan saya ke SMA Negeri 2 Kediri tapi dengan tegas Bapak MENOLAKnya. Kata Bapak, "kamu tetap sekolah di SMA Negeri 4 Kediri saja, meskipun tidak favorit, tempatnya agak jauh dari kota, tapi pasti Tuhan punya rencana lain yang terbaik buat kamu disana." Akhirnya saya pun berazam bahwa saya akan buktikan bahwa meski tidak di sekolah favorit tapi saya tidak akan kalah dengan teman-teman saya yang sekolah di SMA favorit. Pada akhirnya saya menemukan benang merah kenapa saya ditempat di SMA Negeri 4 Kediri. Saya bersyukur karena selama sekolah disana, tahun pertama saya diberi amanah untuk menjadi Ketua MPK SMA Negeri 4 Kediri dan mewakili sekolah dalam pertemuan pelajar SeJatim di Asrama Haji Sukolilo Surabaya. Tahun kedua, tanpa berambisi sedikitpun, saya diberi amanah untuk menjadi Ketua OSIS SMA Negeri 4 Kediri. Tahun ketiga, bekerja sama dengan Indosat saat Dies Natalies sekolah dengan menghadirkan REPVBLIK Band (lihat di blog kolom EVENT) yang pada waktu itu sekolah baru pertama kali menghadirkan Artis Nasional dan kemudian sekarang menjadi tradisi ketika DN tiba, berkat kerjasama yang berakhir dengan baik itu, maka saya sampai sekarang masih menjalin hubungan baik dengan keluarga besar Indosat Kediri. Bahkan saya diberi kesempatan untuk belajar membuat Event dan Ilmu Marketing di Indosat Kediri. Bertemu dengan para petinggi Indosat di Surabaya, Semarang, dan Jakarta. Serta pengalaman-pengalaman positif yang lain selama SMA yang tidak bisa saya ceritakan semua di blog ini. Saya baru sadar bahwa selama SMA, sepertinya saya sama sekali tidak punya kenangan manis masa-masa SMA atau bahkan tidak terpikirkan menjalin hubungan dengan siapapun. Saya sadar bahwa mungkin saya sedang berlari (dari masa lalu) dan mencari jati diri untuk masa depan, bahkan yang saya ingat hanya kenangan bersama teman-teman membuat proposal sponsor sampai menginap di ruang OSIS, duduk membaca banyak buku di perpustakaan sekolah saat istirahat tiba, juga momen saat saya diberi uang saku oleh Kepala Sekolah saat beliau tahu saya sedang lembur mengerjakan sebuah event untuk sekolah, yang jelas sepertinya lebih sering bergaul dengan teman-teman organisasi, guru, karyawan, satpam bahkan tukang kebun sekolah daripada bersama teman-teman yang suka hangout. Saya bersyukur atas takdir Tuhan yang telah menempatkan saya di SMA Negeri 4 Kediri, mungkin jika saya sekolah di SMA Negeri 2 Kediri, saya tidak mendapatkan kesempatan tersebut. Begitu pula dengan perjalanan kuliah di Undip dan UI yang penuh dengan precious, unforgettable & unpredictable moment dalam hidup saya. Saya hanya bisa bersujud mengucap syukur kepada Allah Swt. Alhamdulillah....
Di usia saya yang sekarang ini, beliau juga berpesan agar saya juga menetapkan hati memilih pasangan hidup. Bapak sendiri tidak mensyaratkan untuk calon Istri saya nanti. Siapapun yang Tuhan takdirkan menjadi Istri saya, Bapak akan merestui dan mendoakannya. Justru beliau memberikan syarat kepada saya agar saya selalu mempersiapkan diri untuk menjadi Imam & Ayah terbaik untuk Istri dan anak-anak saya nanti. Kata beliau, "Jangan berhenti menuntut Ilmu dimanapun dan sampai kapanpun karena tanggungjawab Istri dan Anak sepenuhnya terletak pada seorang Suami maka kamu sebagai laki-laki harus terus menuntut Ilmu dan mempersiapkan diri agar menjadi Imam yang mampu membimbing mereka dengan baik." Beliau selalu berpesan, ketika saya jatuh cinta dengan seorang wanita, jangan sekali-kali bahkan sedikitpun menyakiti hatinya dan orangtuanya. Cintailah dengan sepenuh hati. Berikan kasih sayang tanpa henti. Berdo'a terus kepada Allah Swt karena bagaimanapun juga hubungan cinta harus disandarkan pada cinta kepada Allah Swt. Dengan begitu maka Allah Swt akan melindungi dan memeliharanya. Jangan khawatir, Allah Swt Maha Tahu dan Berkehendak mana yang terbaik buat hamba yang dicintaiNya. Begitulah pesan Bapak untuk anaknya yang sudah akan menginjak usia 25 tahun bulan Februari nanti.
Terimakasih Bapak, telah menjadi Motivator terbaik dalam kehidupanku.
Semoga Bapak selalu sehat dan bahagia...
Bapak selalu mengajarkan tentang arti kerja keras pantang menyerah tanpa mengeluh. Beliau selalu berpesan kepada anak-anaknya untuk selalu menjaga sholat dimanapun berada. Bahkan saat mencari kos-kosan ketika kuliah di luar kota, syarat yang paling utama adalah harus dekat dengan Masjid. Kata Bapak, ada pesan yang diwasiatkan dari Alm. Mbahkung Abbas untuk anak-anak dan cucu-cucunya jika kelak menjadi orangtua yakni sebagai orangtua harus wajib selalu menanyakan kepada anak-anaknya, pertama "Yang Endi Parane?(Kemana Perginya)", kedua "Karo Sopo?(Dengan siapa?)", ketiga "Nyapo?(Sedang Apa?)", dan keempat "Wis sholat opo durung?(Sudah Sholat Apa Belum?)" Orangtua harus tahu kemana anaknya pergi, jika pergi dengan seseorang harus tahu dengan siapa perginya, kemudian perginya dalam rangka apa, dan yang paling penting adalah sudah menunaikan sholat wajib 5 waktu apa belum. Inilah resep rahasia dalam mendidik anak dari Kakek yang diturunkan kepada Bapak. Mungkin karena pesan dari Kakek itulah, saya selamat dari jaman jahiliyyah masa-masa SMP dulu yang sudah sempat saya ceritakan dalam artikel blog ini. Semua orang memiliki masa lalu tapi yang terpenting adalah bagaimana orang tersebut menyikapinya, apakah meratapi menjadi lebih buruk atau justru bangkit untuk menjadi lebih baik setiap waktu. Karena kata Nabi, sebaik-baik manusia adalah setiap waktunya selalu digunakan untuk menjadi pribadi yang lebih baik di mata manusia dan Allah Swt.
Bapak juga mengajarkan pentingnya menuntut Ilmu karena dengan Ilmu kita akan tahu mana yang benar dan mana yang salah. Dengan Ilmu kita akan menjadi lebih dekat dengan Allah Swt. Dengan Ilmu manusia akan semakin tahu tentang hakikat hidup ini yang hanya sementara waktu. Dengan Ilmu maka akhlak/budi pekerti kita akan semakin baik. Beliau selalu menegaskan dan menyampaikan pesan kepada anak-anaknya bahwa dalam sebuah riwayat hadits Nabi Muhammad Saw, hanya akan ada 3 amal yang meskipun kita telah tiada maka amal tersebut akan terus mengalir menjadi pahala bagi kita yakni Amal Jariyah, Ilmu yang Bermanfaat, dan Anak Sholeh/Sholehah yang Selalu Mendoakan Kedua Orangtuanya. Kata Bapak, "Le, mbesok anakmu ajarono telung perkoro iki, InsaAlloh bakal selamet dunyo lan akherat (Le, besok anakmu kasih tahu tentang tiga perkara ini, InsaAlloh akan selamat dunia dan akherat). Beliau juga berpesan, jangan meninggalkan harta berlimpah kepada anak-anak tanpa kalian berikan Ilmunya. Ibarat memancing ikan, jangan langsung beri mereka ikan, akan tetapi berikan mereka alat pancingnya agar mereka bisa mencari ikan sendiri. Itulah Bapak, dari kecil kami dididik untuk tidak mudah mengandalkan harta maupun kedudukan orangtua. Saya masih ingat betul waktu itu ketika saya tidak diterima di SMA Negeri 2 Kediri dan Bapak mendapatkan tawaran dari koleganya untuk memasukan saya ke SMA Negeri 2 Kediri tapi dengan tegas Bapak MENOLAKnya. Kata Bapak, "kamu tetap sekolah di SMA Negeri 4 Kediri saja, meskipun tidak favorit, tempatnya agak jauh dari kota, tapi pasti Tuhan punya rencana lain yang terbaik buat kamu disana." Akhirnya saya pun berazam bahwa saya akan buktikan bahwa meski tidak di sekolah favorit tapi saya tidak akan kalah dengan teman-teman saya yang sekolah di SMA favorit. Pada akhirnya saya menemukan benang merah kenapa saya ditempat di SMA Negeri 4 Kediri. Saya bersyukur karena selama sekolah disana, tahun pertama saya diberi amanah untuk menjadi Ketua MPK SMA Negeri 4 Kediri dan mewakili sekolah dalam pertemuan pelajar SeJatim di Asrama Haji Sukolilo Surabaya. Tahun kedua, tanpa berambisi sedikitpun, saya diberi amanah untuk menjadi Ketua OSIS SMA Negeri 4 Kediri. Tahun ketiga, bekerja sama dengan Indosat saat Dies Natalies sekolah dengan menghadirkan REPVBLIK Band (lihat di blog kolom EVENT) yang pada waktu itu sekolah baru pertama kali menghadirkan Artis Nasional dan kemudian sekarang menjadi tradisi ketika DN tiba, berkat kerjasama yang berakhir dengan baik itu, maka saya sampai sekarang masih menjalin hubungan baik dengan keluarga besar Indosat Kediri. Bahkan saya diberi kesempatan untuk belajar membuat Event dan Ilmu Marketing di Indosat Kediri. Bertemu dengan para petinggi Indosat di Surabaya, Semarang, dan Jakarta. Serta pengalaman-pengalaman positif yang lain selama SMA yang tidak bisa saya ceritakan semua di blog ini. Saya baru sadar bahwa selama SMA, sepertinya saya sama sekali tidak punya kenangan manis masa-masa SMA atau bahkan tidak terpikirkan menjalin hubungan dengan siapapun. Saya sadar bahwa mungkin saya sedang berlari (dari masa lalu) dan mencari jati diri untuk masa depan, bahkan yang saya ingat hanya kenangan bersama teman-teman membuat proposal sponsor sampai menginap di ruang OSIS, duduk membaca banyak buku di perpustakaan sekolah saat istirahat tiba, juga momen saat saya diberi uang saku oleh Kepala Sekolah saat beliau tahu saya sedang lembur mengerjakan sebuah event untuk sekolah, yang jelas sepertinya lebih sering bergaul dengan teman-teman organisasi, guru, karyawan, satpam bahkan tukang kebun sekolah daripada bersama teman-teman yang suka hangout. Saya bersyukur atas takdir Tuhan yang telah menempatkan saya di SMA Negeri 4 Kediri, mungkin jika saya sekolah di SMA Negeri 2 Kediri, saya tidak mendapatkan kesempatan tersebut. Begitu pula dengan perjalanan kuliah di Undip dan UI yang penuh dengan precious, unforgettable & unpredictable moment dalam hidup saya. Saya hanya bisa bersujud mengucap syukur kepada Allah Swt. Alhamdulillah....
Di usia saya yang sekarang ini, beliau juga berpesan agar saya juga menetapkan hati memilih pasangan hidup. Bapak sendiri tidak mensyaratkan untuk calon Istri saya nanti. Siapapun yang Tuhan takdirkan menjadi Istri saya, Bapak akan merestui dan mendoakannya. Justru beliau memberikan syarat kepada saya agar saya selalu mempersiapkan diri untuk menjadi Imam & Ayah terbaik untuk Istri dan anak-anak saya nanti. Kata beliau, "Jangan berhenti menuntut Ilmu dimanapun dan sampai kapanpun karena tanggungjawab Istri dan Anak sepenuhnya terletak pada seorang Suami maka kamu sebagai laki-laki harus terus menuntut Ilmu dan mempersiapkan diri agar menjadi Imam yang mampu membimbing mereka dengan baik." Beliau selalu berpesan, ketika saya jatuh cinta dengan seorang wanita, jangan sekali-kali bahkan sedikitpun menyakiti hatinya dan orangtuanya. Cintailah dengan sepenuh hati. Berikan kasih sayang tanpa henti. Berdo'a terus kepada Allah Swt karena bagaimanapun juga hubungan cinta harus disandarkan pada cinta kepada Allah Swt. Dengan begitu maka Allah Swt akan melindungi dan memeliharanya. Jangan khawatir, Allah Swt Maha Tahu dan Berkehendak mana yang terbaik buat hamba yang dicintaiNya. Begitulah pesan Bapak untuk anaknya yang sudah akan menginjak usia 25 tahun bulan Februari nanti.
Terimakasih Bapak, telah menjadi Motivator terbaik dalam kehidupanku.
Semoga Bapak selalu sehat dan bahagia...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar