Penulis bukanlah terlahir dari seorang keluarga yang kaya. Bapak hanyalah seorang dosen swasta dengan penghasilan Rp 18.000/bulan pada tahun 1988 dan Ibunda hanyalah seorang lulusan SMA yang berprofesi sebagi penata rias manten serta berwirausaha. Penulis yang merupakan cucu pertama dan anak sulung merasakan betapa kerasnya perjuangan keluarga pada waktu itu. Dan jika mengingat masa-masa itu, penulis sangat bersyukur sekali karena ketiga adiknya tidak merasakan masa-masa sulit yang kami alami. Jika dibandingkan masa kecil penulis yang harus dihabiskan membantu dan menemani Ibunda untuk berjualan Es Tebu. Usaha pertama pada tahun 90-an Ibunda yang bertahan tidak lama karena pada waktu itu terjadi sebuah insiden kecil yang membuat Ibunda harus berhenti. Insiden kecelakaan yang dialami oleh penulis. Sebuah kecelakaan yang hampir merenggut nyawa penulis. Kecelakaan yang dialami penulis ketika hendak mengantarkan air tebu yang baru saja digiling dirumah. Dalam perjalanan penulis yang dibonceng Bapak mengalami kecelakaan dengan sebuah Truk di perempatan Bence Kota Kediri. Sampai saat ini bekas kecelakaan itu masih ada (jahitan dikaki sebelah kanan) dan itu yang menjadikan penulis selalu ingat masa-masa sulit waktu itu. Kerja keras Ibunda yang menjadi inspirasi dalam kehidupan penulis. Ibunda yang pantang menyerah tidak berhenti sampai disitu. Tahun berikutnya Ibunda membuka usaha jagung bakar dan wedang ronde. Kami merasakan betapa dinginnya kota Kediri di malam hari. Berjualan disamping trotoar, menunggu datangnya pembeli. Setelah tidak bertahan lama, kemudian Ibunda berwirausaha dengan berjualan bakso. Jika dibandingkan usaha sebelumnya, usaha yang satu ini bertahan cukup lama. Hingga suatu ketika keluarga kami mengalami sebuah musibah karena penipuan yang dilakukan oleh teman Ibunda. Pada tahun 1999 keluarga kami pindah rumah yang saat ini menjadi saksi perjuangan keluarga kami. Rumah yang menjadi tempat bangkitnya ekonomi keluarga kami. Rumah yang menjadi saksi lahirnya seorang tuan putri kecil yang mengisi indahnya hari-hari keluarga kami.
Setelah pindah rumah, Bapak yang berkutat dengan rutinitasnya mengajar dan Ibunda yang berwirausaha serta nyambi menata rias manten jika ada job. Dirumah yang sekarang inilah Ibunda mengawali wirausaha dengan membuka toko sembako. Tidak berselang lama karena suatu kejadian yang tidak bisa kami ceritakan, Ibunda berwirausaha dengan membuka wartel, fotocopy, hingga depot. Dan pada akhirnya sekarang Ibunda berwirasuha krupuk dan air isi ulang.
Semangat Ibunda inilah yang menjadi inspirasi penulis dalam berjuang dan bekerja keras bagi anak-anaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar