Senin, 03 Oktober 2016

Rencana Tuhan Pasti Lebih Indah "Just Believe in Allah Swt"

Dear my blog,
Alhamdulillah sudah memasuki  tahun baru 1438 H. Ini berarti masuk tahun ke 12 dari Saya memutuskan untuk berhijrah. Saya sangat bersyukur sekali karena Allah Swt masih memberikan kesempatan kepada Saya untuk hidup sehingga dapat menebus kesalahan-kesalahan di masa lalu dengan berhijrah 11 tahun ini. Bagaimana proses berhijrah Saya sudah pernah Saya tuliskan dalam blog ini, maka pada kali ini Saya hanya akan sedikit bercerita tentang bagaimana Allah Swt memberikan balasan ataupun mengabulkan doa dengan cara yang lebih indah setelah berhijrah. 
Awal tahun baru ini, Allah Swt memberikan nikmat, karunia, dan anugerahNya dari jalan yang tidak disangka. Tepat tanggal 30 September 2016, Saya telah resmi dinyatakan sebagai penerima Beasiswa Unggulan (BU) Kemendikbud 2016 untuk Program Doktor Ilmu Linguistik di Universitas Indonesia. Entah bagaimana Saya sampai pada hari itu  karena pada awalnya Saya belum berencana untuk mengambil studi S3 tahun ini tapi nanti pada tahun 2017 dengan mengajukan beasiswa LPDP dulu ke Leiden University. Namun, Allah Swt berkehendak lain. Pada saat hari-hari terakhir pendaftaran ujian masuk (SIMAK) UI untuk S2 dan S3, Saya baru tahu informasinya, kemudian langsung mendaftar, ikut tes SIMAK UI wilayah Surabaya, dan dinyatakan lolos. Pada waktu itu Saya belum mendapatkan beasiswa. Namun, kemudian orangtua bilang bahwa jangan khawatir masalah biaya kuliah karena itu adalah tanggungjawab orangtua. Meskipun dengan hati berat, Saya pun membayar Biaya Operasional Persemester (BOP) pada semester 1 sebesar 9,5 juta dan Dana Pembangunan sekitar 10juta maka total 19,5juta harus Saya bayarkan melalui ATM ke Universitas Indonesia. Besar memang dan berat rasanya ketika Saya membayarnya dengan menggunakan uang orangtua. Namun, orangtua Saya berprinsip bahwa biaya sekolah adalah tanggungjawab orangtua dan lebih baik menginvestasikan uang tersebut untuk pendidikan anak sampai akhir daripada meninggalkan uang tersebut dalam bentuk deposit sebagai harta warisan yang suatu saat nanti pasti bakal habis juga. Itulah prinsip orangtua Saya selama ini. Oleh karena itu, mengapa Ibu Saya mempunyai mimpi kalau anak-anaknya nanti harus sekolah sampai akhir, khususnya Saya sebagai anak pertama yang diharapkan agar bisa menjadi Doktor Muda sebagi contoh adek-adeknya kelak. Kata Ibu kepada anak-anaknya, "Meskipun Ibu cuman tamatan PGA (setingkat SMA/MA) tapi Ibu ingin menyekolahkan kalian sampai S3."
Meskipun demikian, Saya sebagai anak pertama merasa bahwa berat kalau kuliah S3 ini full beaya orangtua karena Saya juga memiliki 3 adik yang masih sekolah. Untuk itu Saya berusaha mencari informasi tentang beasiswa. Pada waktu itu terlintas untuk mendaftar beasiswa LPDP. Namun, karena LPDP harus mendaftar dulu 6 bulan sebelum kuliah maka Saya tidak bisa mendaftar karena sudah diterima kuliah. Kemudian Saya mencoba memutuskan untuk mendaftar Beasiswa Unggulan Kemendikbud 2016. Ketika Saya membuka webnya, ternyata sedang dibuka untuk Batch 2. Beasiswa Unggulan (BU) dibuka setahun 2 kali. Jadi Saya mendaftar pada gelombang terakhir. Untuk melengkapi berkas-berkas, kemudian Saya ke Depok untuk meminta rekomendasi kepada Dosen Pembimbing, Guru Besar, dan Ketua Departemen Linguistik FIB UI. Kemudian Saya juga ke Semarang untuk meminta rekomendasi dari Pak Dekan FIB Undip yang pada waktu itu Saya diminta ke rumah beliau, dan kami berbincang sampai jam setengah 12 malam. Surat rekomendasi selesai. Sekarang sertifikat prestasi juara nasional dan internasional. Ketika itu Saya bingung mau melampirkan apa karena Saya selama kuliah S1 cuman pernah sekali mengikuti lomba cerpen 2010 dan mendapatkan Juara III tingkat Nasional tapi sayangnya tidak ada sertifikatnya. Nah ini keajaibannya lagi. Ketika itu Saya ke mushola FIB UI dan tidak sengaja bertemu dengan adik kelas S2 Linguistik yang mendapatkan BU Kemendikbud 2016 Batch 1. Mungkin kalau Saya tidak ke Mushola FIB UI untuk sholat dhuhur dan tidak berkenalan dengan dia maka Saya mungkin tidak mendapatkan informasi yang sangat penting terkait beasiswa. Saya tanya ke dia kok bisa mendapatkan beasiswa itu bagaimana caranya. Setelah dia cerita-cerita, kemudian sampai pada sertifikat juara, dia hanya melampirkan sertifikat pernah jadi pembicara, dsb. Wah Saya pikir bisa dong jika Saya melampirkan sertifikat Saya jadi pembicara waktu di LIPI dan Malaka (Pos yang di blog sebelumnya Saya sudah pernah bercerita kalau Saya ke Malaka gratis tanpa biaya lho, alias dibayarin dan malah dikasih duit "its a miracle!"). Setelah semua berkas-berkas sudah siap maka kemudian Saya submit berkas-berkas beasiswa tersebut. Saya menunggu pengumuman selama sebulan. Ternyata diluardugaan pengumuman lebih cepat dari yang dijadwalkan. Saya masih ingat betul waktu itu Saya sedang bersantai tiduran di kamar selepas sholat dhuha, tiba-tiba notifikasi HP Saya berbunyi dan setelah Saya buka adalah email dari Kemendikbud yang menyatakan bahwa Saya dinyatakan lolos administrasi Beasiswa Unggulan. Kemudian Saya diundang untuk mengikuti tes wawancara dan verifikasi data yang pada akhirnya Saya telah dinyatakan lolos sebagai penerima Beasiswa Unggulan Kemendikbud 2016. Alhamdulillah Saya hanya bisa mengucap syukur kepada Allah Swt berkali-kali dengan mata yang terkadang sembab mengeluarkan air mata karena masih tidak menyangka saja bisa mendapatkan beasiswa tersebut setelah melakukan tanda tangan kontrak dengan nilai sebesar sekian ratus juta rupiah (jumlah yang tidak pernah Saya duga sebelumnya) untuk menyelesaikan studi S3 Saya di Universitas Indonesia. Alhamdulillah.....
Dibalik keberhasilan Saya mendapatkan Beasiswa Unggulan tentunya dengan ikhtiar, usaha, dan doa yang terus menerus. Tentunya satu keberhasilan ini juga didahului dengan beberapa kegagalan Saya sebelumnya untuk melamar menjadi Dosen tahun ini. Tiga Universitas Negeri di Jatim dan Jateng memberikan kesempatan Saya untuk mengikuti seleksi Dosen, namun pada akhirnya Saya gagal melalui tes tersebut. Tentu hal tersebut ada hikmahnya. Mungkin jika Saya diterima menjadi Dosen saat ini maka Saya tidak akan mendapatkan beasiswa S3. Pun sebaliknya jika Saya tidak diterima menjadi Dosen saat ini maka Saya akan mendapatkan beasiswa dan bisa fokus dengan kuliah S3 agar lulus tepat waktu atau bahkan bisa lebih cepat karena tidak terganggu dengan tanggungjawab sebagai Dosen yang harus mengajar di Jatim maupun Jateng. Ternyata memang Tuhan belum mengizinkan Saya mengajar menjadi Dosen akan tetapi diminta untuk fokus kuliah menyelesaikan studi S3 dengan beasiswa terlebih dahulu. Saya yakin jika memang waktunya sudah tiba untuk Saya mengajar maka Tuhan pasti akan menunjukkan jalannya. Maka dari itu, Saya hanya berprasangka baik saja pada Allah Swt karena Saya yakin rencana Tuhan pasti lebih indah dari yang diduga dan diharapkan. Just believe in Allah Swt!
Saya menceritakan dan menuliskan di blog ini adalah agar bisa memberikan motivasi dan inspirasi bagi siapapun yang membaca blog ini. Ada sebuah rahasia yang ingin Saya bagikan kepada para pembaca yang mungkin sekarang juga sedang berjuang untuk meraih impian dan cita-cita. Selama ini disamping Saya ikhtiar atau usaha dengan maksimal secara lahir, Saya juga ikhtiar atau usaha secara batin dengan mengamalkan membaca rutin Surah Al-Waqiah di malam hari dan Surah Ar-Rahman di pagi hari dalam keadaan dan kondisi bagaimanapun, dimanapun dan kapanpun. Tentu yang wajib dan sunah harus dipenuhi dahulu ya. Setelah itu mengamalkan Surah Al-Waqi'ah dan Ar-Rahman. Tentunya juga bukan berharap karena kedua surah tersebut maka apa yang kita inginkan akan terwujud. Tetap berharap kepada Allah Swt untuk mewujudkan apa yang kita impikan dan cita-citakan. Selama ini Saya rutin membaca kedua surah tersebut tidak berharap apapun karena yang Saya cari hanyalah ketenangan hidup dalam mencari ridha Allah Swt. Memang Saya merasa setelah rutin membaca kedua surah tersebut, hati Saya selalu tenang ketika dihadapkan pada suatu hal yang sulit seperti kegagalan. Dan ketika mendapatkan keberhasilan juga hati menjadi tenang dan senantiasa kembali bersyukur karena merasa tidak menyangka saja jika diberikan suatu kenikmatan, padahal dosa-dosa Saya di masa lalu begitu besar. Sampai sekarang pun Saya masih terus menerus memperbaiki diri dan bertaubat dengan senantiasa berhijrah dari yang tidak baik menjadi baik, dari yang baik menjadi lebih baik, dari yang lebih baik menjadi istiqomah dalam kebaikan terus sampai pada akhirnya berpulang kepada Allah Swt dalam keadaan baik khusnul khotimah. Amien Yra.  Wallahu'alambisawamb...


Kamis, 14 Juli 2016

The Power of Dream

Dear my blog,
Alhamdulillah akhirnya bisa nulis blog lagi. Kali ini Saya ingin menuliskan sebuah curahan hati, ciyee yang curcol, lagi galau ya Mas?? hahaha. Hmmm, kok tahu sih Saya lagi galau, galau banget malahan. Saking galaunya Saya ndak tahu harus mau nulis apa. Tapi yang jelas Saya ingin menuliskan sesuatu yang bermanfaat dan bermakna untuk para pembaca setia blog Saya, baik yang membaca secara diam-diam maupun terang-terangan. Kayak drama korea aja yaa. hehe...
Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat. Kalau orang Jawa mah bilangnya "time flies too fast". Rasa-rasanya baru kemaren Saya duduk di bangku TK, asyik dengan dunia mainan robot-robatan. Rasa-rasanya baru kemaren Saya duduk di bangku SDI AL-Huda, mengikuti lomba mata pelajaran antar SD Se Karisidenan Kota Kediri. Rasa-rasanya baru kemaren Saya duduk dibangku SMP, melakukan kegiatan kemah bersama teman-teman OSIS, PMR dan Pramuka selama 3 hari 2 malam, Rasa-rasanya baru kemaren juga Saya duduk dibangku SMA, melakukan kegiatan Dies Natalies mengundang Repvblik Band, "Oooh Aku Hanya Ingin Kau Tahu, Besarnya Cintaku, Tingginya Khayalku Bersamamu.." (nulis sambil dengerin dan nyanyiin lagu single pertamanya Repvblik, bernostalgila dengan masa lalu, romantis kan, hehe). Terus, rasa-rasanya baru kemaren juga duduk di bangku kuliah S1 di Undip, melakukan kegiatan bareng-bareng teman-teman BEM FIB Undip, mengadakan Welcome Party dengan mengundang Seventeen Band, "Kau Jaga Slalu Hatimu, Saat Jauh Dariku, Tunggu Aku Kembali,.." (lagu favorit Saya nih, pesannya buat Saya dan jodoh Saya agar selalu menjaga diri dan hati, hehe). Begitu pula, rasa-rasanya baru kemaren juga duduk dibangku kuliah S2 di UI, melakukan kegiatan seminar-seminar dan penelitian-penelitian bersama Dosen dan teman-teman. Alhamdulillah tahun ini atas kehendak Allah Swt, Saya memasuki kuliah S3 di UI. Tidak ada kata lain yang bisa Saya ucapkan kecuali hanya bersyukur Alhamdulillah atas karunia Allah Swt yang telah diberikan. Awalnya Saya ingin membuktikan diri kepada seseorang yang menghina dan merendahkan Saya di masa lalu setelah pada waktu itu Saya hanya masuk di SMA Negeri 4 Kediri yang tidak favorit, dan tidak bisa masuk di SMA Negeri 2 Kediri yang favorit itu. Namun, seiring berjalannya waktu, Saya tidak ingin membuktikan diri kepada siapapun. Saya hanya menjalani saja apa yang telah Tuhan gariskan sebagai wujud penebusan kesalahan Saya di masa lalu dan sebagai ikhtiar untuk menjadi pribadi yang lebih baik di masa depan. Semenjak itulah, Saya terus berusaha memperbaiki diri dan tidak peduli dengan apa yang orang lain katakan, mau dihina dan direndahkan, Saya hanya balas dengan senyum dan doa kebaikan saja.
Tim Peneliti (dari kiri) Saya, Budi Eko Pranoto, S.S., Arif Budiman, M.A., Dr. FX. Rahyono, Prof. Dr. (Emer) Benny H. Hoed (alm), Triaswarin Sutanrihesti, M.Hum, Venansia Ajeng S.A. Pedo, S.Pd, Agni Malagina, M.Hum, Dr. Lilie Soeratminto.
Saya tidak menyangka bisa menyelesaikan kuliah S2 dan akan melanjutkan kuliah S3 di Universitas Indonesia yang bagi orang ndeso seperti Saya adalah sebuah mimpi yang terlalu tinggi. Saya pun juga tidak menyangka dipertemukan dalam satu penelitian dengan (alm.) Prof. Dr. Benny Hoedoro Hoed (salah satu Guru Besar Universitas Indonesia yang juga merupakan Ayah dari Anto Hoed/mertua dari Melly Goeslaw), Dr. FX. Rahyono (Ketua Departemen Linguistik FIB UI), Dr. Lilie Suratminto (Ketua Tim Peneliti Kreol Tugu), dan teman-teman peneliti lain yang pada akhirnya penelitian ini telah menghasilkan sebuah Buku "Kepunahan Bahasa: Bahasa Kreol Tugu yang Punah dalam Pemertahanan Budaya Tugu". Buku ini bercerita tentang bahasa Kreol Portugis Tugu yang sudah punah, namun budaya Portugisnya masih dipertahankan. Dalam waktu sebulan Saya hanya diberikan waktu untuk mengedit dan me-layout buku tersebut. Namun, jerih payah dan kesabaran setelah puluhan kali revisi buku tersebut, pada akhirnya membuahkan hasil yang manis. Pada saat launching buku pada bulan Mei yang lalu, buku tersebut mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak, institusi, maupun media cetak. Terakhir pada tanggal 24 Juni yang lalu, tim peneliti mendapatkan surat dari Prof. M. Nasir (Kementerian Ristek Dikti) yang memberikan apresiasi atas terbitnya buku tersebut. Dalam suratnya, Pak Menteri berharap agar penelitian seperti ini tetap dilanjutkan. Dari situlah, muncul sebuah niat Saya untuk melanjutkan penelitian tersebut sebagai objek kajian disertasi Saya nanti. Mudah-mudahan Allah memberikan ridho, kemudahan dan kelancaran. Mudah-mudahan juga ini merupakan wasilah atau perantara jalan bagi Saya untuk bisa berkunjung ke Portugal yang baru saja menjadi Juara Piala Eropa 2016. Amin Yra.
Buku Kepunahan Bahasa masuk dalam
kolom resensi buku Majalah GATRA
Edisi Juni 2016. Foto ini saat di Bandara
Soeta menunggu penerbangan ke Malaka.
Selain itu, Saya pun mendapatkan kempatan untuk hadir dalam kegiatan The First Asian Portuguese Community Conference di Malaka pada akhir bulan Juni yang lalu. Saya masih ingat betul waktu itu malam-malam di telpon oleh Dosen Saya usai tadarusan di Masjid pada bulan Ramadhan. "Febri, besok ikut ke Malaka yaa, sudah Saya belikan tiket pesawat PP". Akhirnya Saya pun berangkat ke Malaka bersama Dosen Saya. Karena Saya harus berangkat dari Bandara Soeta maka Saya pun langung pesan tiket online kereta dari Kediri ke Jakarta. Alhamdulillah masih tersedia (dapat yang paling murah lho, cuman 86rb sampai Jakarta dari Kediri). Meskipun pada waktu itu masih bingung belum dapat tiket kereta balik dari Jakarta ke Kediri, karena musim mudik lebaran sehingga tiket pun sudah ludes. Ah, Bismillah berangkat dulu dengan niat untuk berbakti kepada Guru dan mengamalkan ilmu, InsyaAllah nanti ada jalan buat kembalinya ke Kediri. Dan ternyata benar, Allah Swt memberikan kemudahan, ternyata saudara Saya yang bekerja di Jakarta dan Tangerang akan mudik bareng ke Kediri pada hari Jumat, 1 Juli dengan membawa kendaraan mobil pribadi. Kabar tersebut Saya dapatkan sesaat sebelum keberangkatan ke Malaysia. Alhamdulillah, Allah Swt memberikan kemudahan, jadi lega rasanya.
Sejujurnya, Saya tidak tahu persis bagaimana konsep dan bentuk kegiatan The First Asian Portuguese Community Conference di Malaka tersebut. Saya hanya diminta Dosen Saya untuk menerjemahkan makalah berdasarkan hasil penelitian Bahasa Kreol Tugu dan membuat power pointnya untuk dipresentasikan dalam acara tersebut. Deg..degan..sekali...
Mempersiapkan materi presentasi di
Kamar Hotel Temasek, Malaka.
Singkat cerita, setelah presentasi di hadapan para tamu undangan yang hadir, kami mendapatkan apresiasi dari mereka, salah satunya adalah beberapa orang yang hadir memesan Buku Kepunahan Bahasa, ada juga yang menyarankan agar Buku Kepunahan Bahasa diterjemahkan dalam bahasa Internasional sehingga buku tersebut bisa dibaca oleh orang-orang di seluruh dunia. Alhamdulillah lega rasanya setelah presentasi...
Setelah presentasi, kami pun diundang dalam acara Gala Dinner yang dihadiri oleh para tamu undangan dan masyarakat keturunan Portugis yang tersebar di Asia. Dalam acara tersebut juga hadir Xanana Gusmao (Presiden Pertama Timor Leste), Duta Besar Portugal untuk Indonesia dan Malaysia, Duta Besar Timor Leste untuk Indonesia dan Malaysia, dan Para Bangsawan Malaysia, entah siapa Saya juga tidak kenal, hehe).
Ketika Xanana meminta korek api kepada Saya,
dan Saya tidak punya karena Saya tidak merokok,
Kemudian Xanana mengatakan No Problem!
Hal lain yang tidak pernah Saya sangka sebelumnya adalah bisa bertemu dan ngobrol santai dengan Xanana (Presiden Pertama Timor Leste). Terlepas dari sejarah masa lalu, ini adalah momentum yang sangat berharga bagi Saya bisa bertemu beliau dengan tanpa pengawalan yang ketat seperti saat beliau datang ke Indonesia beberapa tahun yang lalu. Satu hal yang Saya ingat dari beliau saat memberikan sambutan pada acara Gala Dinner tersebut adalah "Mari kita lupakan hal-hal yang menyakitkan di masa lalu, dan sekarang kita berkumpul disini untuk bersama membangun masa depan untuk anak cucu kita dengan penuh kedamaian, persaudaraan, dan kasih sayang sebagai manusia yang diciptakan Tuhan." Sekilas memang kalau kita lihat, sikap yang ditunjukan Xanana saat ini mengingatkan kita kepada sosok Nelson Mandela yang sangat berjiwa besar memafkan semua orang yang menghina dan merendahkan dia, bahkan kalau kita ingat Nelson Mandela justru mengundang orang-orang yang menghina dan merendahkan dia dalam jamuan makan malam saat dia menjabat sebagai Presiden Afrika Selatan (lebih lanjutnya baca tentang Nelson Mandela ya). Masih banyak hal-hal yang ingin Saya ceritakan dalam blog ini, tapi berhubung Saya jam 1 pagi ini harus ke Semarang, jadi untuk cerita bagaimana serunya perjalanan ke Kuala Lumpur dan Malaka pada bulan Juni yang lalu akan Saya ceritakan dalam kesempatan berikutnya ya. Namun, yang jelas poin yang ingin Saya sampaikan adalah dibalik perjalanan Saya ke Malaysia tanpa biaya sepeserpun tersebut merupakan keyakinan Saya terhadap sebuah mimpi dalam ikhtiar dan doa selama ini. (eits, maksudnya bukan mimpi yang waktu tidur ya, kalau mimpi itu sih pengennya bisa mimpiin kamu, iya kamu dek). 
Tapi yang jelas, ini semua adalah salah satu bukti dari kekuatan mimpi, The Power of Dream. Tahun 2008/2009, Saya menuliskan mimpi-mimpi Saya dalam sebuah buku mimpi, Dream of Book yang masih Saya simpan hingga sekarang. Setelah Saya buka dan baca kembali ternyata poin-poin mimpi yang Saya tuliskan satu-persatu sudah terwujud dan akan terwujud. Tentunya semua itu dengan sebuah ikhtiar dan doa. Saya tidak peduli dengan omongan miring orang lain terhadap Saya. Pun juga Saya hanya berpikir positif terhadap apa yang harus Saya jalani dan hadapi. Itulah yang membuat hidup Saya berubah dan berat badan Saya bertambah. Saya sangat berterimakasih kepada seseorang yang telah memberikan kado ulang tahun kepada Saya sebuah Buku Terapi Berpikir Positif karya Dr. Ibrahim Elfiky yang telah banyak mengubah cara berpikir dan bersikap Saya hingga dapat mencapai semua ini. Saya menceritakan ini semua bukan untuk menunjukkan kehebatan diri Saya pada orang lain ataupun orang-orang yang telah merendahkan dan menghina Saya di masa lalu, tapi Saya menceritakan ini hanya ingin berbagi pengalaman dan motivasi, bagaimana keajaiban-keajaiban yang telah didapatkan dengan ikhtiar dan doa selama ini dapat memberikan inspirasi kepada orang lain agar tidak menyerah, terus bersabar dalam keyakinan kepada Tuhan dalam mewujudkan sebuah mimpi dari jalan yang tidak pernah disangka-sangka. (Lihat QS. Ibrahim Ayat 7)

Selasa, 05 Januari 2016

Doa dan Harapan di Tahun 2016

Dear my blog,
Alhamdulillah, malam tahun baru 2016 kali ini, Saya bisa berkumpul bersama seluruh anggota keluarga di rumah. Saya bersyukur karena kalau tidak salah empat tahun terakhir ini, Saya merayakan malam tahun baru di Semarang. Saya masih ingat betul tahun lalu, Saya merayakan tahun baru di Mabes (Kontrakan di Tembalang) bersama sahabat-sahabat dan pemilik kontrakan. Biasanya kami merayakannya hanya dengan membakar jagung, sate, dan minum kopi bersama di Mabes, tidak pernah keluar kemana-mana, hanya pada sepertiga malam awal tahun baru biasanya kami bermuhasabah di Masjid Al-Muhajirin, Banyumanik. Keesokan paginya, kami berziarah bersama ke Makam Wali Allah di sekitar Semarang. Begitulah cara kami untuk menjaga silaturahmi dalam bingkai persahabatan. Sebenarnya malam tahun baru ini Saya juga diajak untuk berkumpul di Semarang tapi Saya memilih untuk pulang ke rumah dan merayakannya bersama keluarga. Selain karena faktor untuk mempersiapkan ujian tesis pada hari Kamis, 7 Januari 2016 mendatang, Saya juga ingin bermuhasabah dan introspeksi diri di rumah setelah melewati setahun yang paling sulit selama tahun 2015. Masa-masa paling sulit adalah saat kehilangan paman, almarhum Pak Sakroni pada bulan Agustus dan guru, Prof. Benny Hoed pada bulan september lalu secara tiba-tiba dan proses yang cepat. Saat menulis blog ini lantunan doa terus mengalir untuk mereka. Mohon doakan juga yaa teman-teman. Al-Fatehah. 
Tahun ini adalah masuk tahun ke 11, setelah pada tahun 2005 Saya berazam untuk bertaubat dari masa lalu yang kelam. Saya bersyukur sepuluh tahun ini masih diberikan kesempatan untuk hidup dan memperbaiki kesalahan di masa lalu dengan terus berusaha menjadi pribadi yang lebih baik. Saya bersyukur atas semua karunia yang diberikan Allah Swt hingga Saya bisa berdiri sampai saat ini. Mungkin saja jika Saya tidak memutuskan untuk berani berhijrah pada waktu itu maka mungkin saat ini Saya tidak menjadi seperti sekarang ini. Banyak hal yang bisa Saya syukuri dan lebih berhati-hati dalam menjalani kehidupan ini. Satu hal yang Saya selalu lakukan agar tetap istiqomah dan tidak melakukan kesalahan yang sama lagi adalah "mengingat kematian". Saya bukan takut akan mati, tapi hanya khawatir saja bila amal Saya belum bisa menebus dosa kesalahan Saya di masa lalu. Saya juga belum siap kembali kepangkuan Allah Swt dengan amal yang masih sedikit ini. Oleh karena itu Saya selalu berusaha untuk istiqomah dan meningkatkan ibadah. Untuk itulah Saya tidak peduli dengan omongan miring orang lain yang mengatakan kalau perubahan dalam hidup Saya adalah hanya untuk pencitraan dan mencari pujian. Bagi Saya mencari dan mengharap ridho Allah Swt jauh lebih penting daripada menanggapi omongan miring orang lain. Meskipun Saya tahu, tapi Saya lebih banyak diam dan membalas omongan miring mereka dengan doa kebaikan untuk mereka beserta keluarganya. Saya justru bersyukur karena sampai saat ini bisa merasakan ketenangan yang luar biasa dalam menjalani takdir kehidupan. 
Termasuk dalam hal jodoh. Ketika Saya mengupdate status di BBM dengan quote "Cinta itu adalah jika dia memilihmu maka kamu akan berbahagia bersamanya dan jika dia tidak memilihmu maka kamu akan mendoakan kebahagiaannya bersama pilihannya." Tiba-tiba ada teman yang membalas, "tidak semua bisa menjalani itu, Feb?" Kemudian Saya jawab, semua bisa kok jika cinta itu tidak disandarkan hanya pada manusia, tapi disandarkan kepada Allah Swt. Karena pada hakekatnya cinta yang dihujamkan dalam hati kita adalah datang dari Allah Swt. Pertemuan dengan orang yang kita cintai adalah atas kehendak Allah Swt. Jika Allah Swt mengizinkan untuk bersatu dan bersanding dalam pelaminan maka Allah Swt pasti akan menunjukkan jalannya. Tidak perlu khawatir jika dia akan dideketin dan direbut oleh orang lain. Jika kita menjaga diri dan hati maka Allah Swt pasti akan menjaga diri dan hatinya. Sekeras apapun orang lain mendekatinya dengan berbagai modus, pasti Allah Swt akan melindunginya untuk kita. Sekeras apapun orang lain ingin memisahkan dengan berbagai omongan miring dan fitnah, pasti Allah Swt akan menjaganya untuk kita. InsyaAllah, jika sama-sama menjaga diri dan hati dengan diiringi doa maka jika dia memang jodoh kita, Allah Swt pasti akan mempertemukan dan mempersatukan dalam keadaan indah dan terbaik. 
Namun, jika pada akhirnya cinta yang kita pilih tidak memilih kita maka Allah Swt pasti akan memisahkan pada saat hati kita siap menerimanya. Mungkin saja Allah Swt sedang menguji seberapa kuat hati kita menghadapinya. Apakah cinta kita kepada manusia lebih besar dari cinta kita kepada Allah Swt ataukah sebaliknya. Jika cinta kita kepada Allah Swt lebih besar daripada cinta kita kepada manusia maka kita akan mendoakan kebahagian dia bersama pilihannya tapi jika cinta kita kepada manusia lebih besar daripada cinta kepada Allah Swt maka pasti akan muncul pikiran negatif seolah-olah kita tidak bisa hidup tanpa dia. Bahkan sampai ada keinginan untuk mengakhiri kehidupan hanya karena dia memilih orang lain. Jika ada orang yang mengancam menghancurkan atau mengakhiri kehidupnya hanya karena Anda tidak memilihnya maka pesan Saya "Jangan memberikan harapan kepada orang yang tidak siap merelakan Anda." Untuk itulah, Saya selalu berpikir positif dan berprasangka baik terhadap segala yang terjadi dalam kehidupan ini. Saya tidak khawatir dengan jodoh. Allah Swt pasti akan memberikan jalan terbaik dan terindah untuk bertemu dan bersatu dengan dia. Saat ini, Saya hanya berikhtiar dengan doa, jika dia jodoh Saya maka Allah Swt pasti akan menyatukannya, begitu pula jika dia bukan jodoh Saya maka Allah Swt pasti akan memisahkan dengan baik-baik. Pada akhrinya pasti kita akan berbahagia dengan pilihan dan jodoh masing-masing.
Tahun 2016 ini, doa dan harapan Saya, pertama adalah semoga dimudahkan untuk mendapatkan beasiswa LPDP S3 ke Belanda atau dimanapun Allah Swt akan memberikan jalan. Kedua, semoga bisa lebih produktif lagi menulis buku sehingga buku ke 2, 3, 4, 5 bisa segera terbit. Ketiga, semoga Saya diberikan tempat terbaik untuk mengabdi mengajar. Meskipun sebenarnya sudah ada tawaran dari Undip tapi masih bimbang antara kembali ke almamater atau ke Jatim. Keempat, semoga keluarga selalu sehat dan dalam lindungan Allah Swt. Kelima, semoga Saya tetap istiqomah dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi, Keenam,  mengenai jodoh, Saya pasrahkan kepada Allah Swt dan Orangtua. Ketujuh, semoga doa dan harapan teman-teman semua juga dikabulkan Allah Swt. Saya menulis doa dan harapan Saya di blog ini sambil menunggu kereta kembali ke Jakarta nanti jam 9 malam adalah dengan maksud agar teman-teman yang setia membaca blog Saya ini semoga berkenan untuk turut mendoakan. Karena mungkin saja doa teman-teman lebih dikabulkan Allah Swt daripada doa Saya yang terlalu banyak dosa ini. Selain itu, doa yang dipanjatkan secara berjamaah akan lebih cepat dikabulkan. Mari kita berdoa bersama (mumpung lagi hujan saat Saya menulis ini). Disamping doa dan harapan di atas, yang paling penting adalah semoga Saya tetap bisa menjaga berat badan agar tidak kurus lagi. Setahun terakhir ini, betapa bahagianya banyak yang bilang Saya bertambah gendut. Hehehe.
Semoga sedikit tulisan ini bermanfaat. Semoga tulisan ini juga mampu menggerakkan orang lain untuk berani berhijrah sehingga menjadi amal baik (jariyah) yang akan terus mengalir setelah Saya tiada nanti.  Amiin Yra.....
#JanganLupaNgopi
#JanganLupaBerpikirPositif
#JanganLupaBerprasangkaBaik
#JanganLupaSenyum
#JanganLupaBahagia