Rasanya tidak cukup bisa menuliskan semua kisah dan kesan tentang Ibu. Sedikit yang ingin saya bagikan ini semoga bermanfaat. Ibu.....
Ya..24 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 14 Februari 1990, saat peristiwa letusan besar Gunung Kelud, saya lahir ke dunia ini. Saya terlahir dari Ibu yang bernama Siti Choirul Badriyah dan Bapak bernama Musta'in. Semasa kecil, saya ingat bagaimana perjuangan Ibu membantu Bapak untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Bapak yang bekerja sebagi Dosen Swasta di salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Kediri yang waktu itu hanya mendapatkan gaji Rp 18.000 setiap bulan. Ibu membantu Bapak, dengan bekerja sebagai penata rias pengantin. Bapak juga membuka kursus Bahasa Inggris bernama ELC di Kota Kediri.
Saya masih ingat waktu itu betapa manjanya saya yang selalu tidak mau ditinggal pergi (alias selalu ikut) ketika Ibu ada pekerjaan merias pengantin, bahkan sampai ke luar kota. Ibu yang waktu itu hanya lulusan PGA Kota Kediri (sekarang MAN 3 Kediri) tidak melanjutkan kuliah, akan tetapi mengambil kursus dan lisensi penata rias di Dianing (salah satu tempat kursus penata rias pengantin di Kota Kediri). Kalau dibalang saya anak Mamah, ya memang benar. Kalau bukan anak Mamah, anak siapa lagi dong.hehe. Sifat manja saya belum hilang hingga saya berusia 6 tahun, duduk di bangku kelas 1 SD Islam Al-Huda Kediri. Saat itu, mulai saya dilatih mandiri oleh Ibu dengan diikutkan mengaji Al-Qur'an setiap sore hari dan Pesantren Kilat setiap Sabtu dan Minggu di Al-Irsyad Al-Islamiyah Kota Kediri. Dan karena ikut Pesantren Kilat itulah saya tidak ngompol lagi. Upss (rahasia). Setelah lulus dari SD Islam Al-Huda dan dari Al-Irsyad Al Islamiyah, saya sudah tidak manja dan tidak jadi penakut lagi. Saya masih ingat betul, perjalanan pertama saya ke Malang sendirian naik bis Puspa Indah waktu itu saat saya duduk di bangku kelas 5 SD. Karena waktu itu bertepatan dengan liburan Catur Wulan dan saya ingin berlibur ke tempat saudara di Malang. Lumayan kan, pulangnya pasti dapat uang saku dari paman dan bibi disana. Entah kenapa saat itu saya menjalani saja apa yang Ibu perintahkan, meskipun kadang-kadang saya ngeyel (berdebat) dengan Ibu, tapi pada akhirnya saya jalani.
Saat tahun 1996an, kami pun pindah ke rumah kontrakan baru. Dan Ibu mulai merintis usaha, disamping tetap menjadi penata rias pengantin ketika musim pernikahan tiba. Waktu itu usaha pertama kali adalah berjualan Es Tebu. Waktu itu, Ibu adalah satu-satunya orang mengawali berjualan Es Tebu di Kota Kediri. Dengan gerobak dorong yang dipasang diesel penggiling tebu dan disediakan tempat payung berwarna-warni untuk pembeli, Ibu berjualan di pinggir jalan dekat RS. Baptis Kota Kediri. Beberapa bulan kemudian, karena antusias pembeli semakin banyak, maka Ibu memberanikan diri membuka cabang di beberapa titik di Kota Kediri yang dekat dengan Sekolahan, Pabrik atau Perkantoran, seperti di Gudang Garam, Kelurahan Ngronggo, dsb. Ibu tidak bekerja sendiri waktu itu. Ibu merekrut para pekerja. Namun, Ibu menganggap mereka semua sebagai anak angkat. Selain mendapatkan gaji secara profesional, mereka juga di sekolahkan bagi yang putus sekolah. Karena bagi Ibu, pendidikan sangat penting. Ibu tidak pernah memposisikan diri sebagai atasan atau bos, tapi Ibu ya Ibu. Jadi mungkin kalau dikumpulkan semua, anak angkat Ibu sudah lebih dari 20an. Tidak semuanya tetap masih tinggal di rumah. Karena pada waktu itu harga tebu makin hari, semakin tidak stabil, karena krisis moneter melanda Indonesia pada tahun 1998, maka Ibu memilih menutup usaha es tebunya. Momentum itu tidak akan pernah saya lupakan, saat masa-masa sulit keluarga yang penuh kenangan itu. Bahkan kenangan itu meninggalkan bekas luka di kaki saya sebelah kanan karena mengalami kecelakaan saat mengantar Sari Tebu bersama Bapak ke tempat Ibu berjualan. Selanjutnya Ibu berjualan ronde dan jagung bakar. Belum berjalan lama, kemudian ganti usaha lagi dengan membuka Toko Sembako. Namun, Toko Sembako juga tidak bertahan lama karena ada faktor X yang membuat bangkrut, akhirnya memulai usaha lagi dengan membuka Wartel dan Foto Copy. Usaha ini berlangsung cukup lama, namun karena mesin foto copynya sering eror dan di sebelah rumah ada 2 pesaing yang membuka foto copy, sehingga mesin foto copy terpaksa di jual. Kemudian membuka Depot Makan beberapa saat juga. Padahal masakan Ibu sudah memiliki pelanggan tetap. Tapi karena Ibu lebih suka mobile jadi tidak bisa memasak setiap waktu. Itulah lika-liku perjalanan wirausaha Ibu dari tahun 1998-2005an. Memasuki tahun 2006, Ibu hamil dan Bapak meminta Ibu untuk berhenti sebagai penata rias. Akhirnya semua peralatan dan baju-baju pengantin semua di jual kepada temannya yang masih melanjutkan profesi sebagai penata rias. Tahun 2007, lahirlah si bungsu nan cantik, Elmira Falisha Noya (Putri Kebahagiaan yang Cantik). Adik cewek saya satu-satunya dari empat bersaudara. Memasuki tahun 2008, Ibu membuka usaha Air Minum Isi Ulang. Waktu itu, karena saya sudah tidak manja lagi, dan sudah menjadi Mahasiswa, maka saya dan Ibu bekerjasama untuk mengembangkan usaha ini. Alhamdulillah, usaha yang terakhir ini membawa berkah dan keistiqomahan. Pelanggannya setiap hari juga semakin bertambah. Selain itu juga ditambah dengan usaha lain seperti jualan krupuk rambak, sermier, dan bawang yang sekarang sudah memiliki pelanggan tetap. Waktu itu saya juga sempat memasarkan krupuk rambak da sermier hingga ke Semarang (Lihat di Kolom Blog "Business & Product") . Sayang sekali tidak bisa dilanjutkan karena saya harus meninggalkan Semarang setelah lulus.
Intinya, Saya bersyukur bisa terlahir dari seorang Ibu yang tidak malu dan gengsi meski hanya lulusan SMA. Justru, saya banyak belajar dari Ibu. Beliau mengajarkan saya banyak hal. Terutama arti dan nilai dari kerja keras dan pantang menyerah. Ibu yang tidak mengenyam dan merasakan bangku kuliah menginginkan anak-anaknya bisa menyelesaikan studinya sampai akhir, bahkan hingga menjadi Doktor. Kata Ibu, ini bukan masalah gelar yang akan kalian sandang ataupun ingin menunjukan kehebatan kepada orang lain, akan tetapi ini hanyalah masalah pentingnya pendidikan yang secara formal dibatasi dengan umur dan usia. Ibu tidak ingin, anak-anaknya mengalami nasib yang sama dengannya, harus bekerja keras, berjualan di pinggir jalan, bergonta-ganti usaha, dsb.
Terimakasih Ibu atas semuanya. Semoga Ibu selalu sehat dan bahagia. Doakan anakmu ini agar sukses dalam studi dan karir nanti. Doakan anakmu ini bisa mendapatkan istri yang sama baiknya, sama cantiknya, sama pekerja kerasnya, sama sabarnya, sama tegarnya, dan pokoknya semua sama seperti Ibu. Semoga anakmu ini setelah menikah nanti juga bisa segera memberikan Ibu cucu yang sholeh/ah, bermanfaat untuk keluarga, bangsa, negara, dan agama.
Terimakasih Ibu.. Terimakasih..
Terimakasih Ibu atas semuanya. Semoga Ibu selalu sehat dan bahagia. Doakan anakmu ini agar sukses dalam studi dan karir nanti. Doakan anakmu ini bisa mendapatkan istri yang sama baiknya, sama cantiknya, sama pekerja kerasnya, sama sabarnya, sama tegarnya, dan pokoknya semua sama seperti Ibu. Semoga anakmu ini setelah menikah nanti juga bisa segera memberikan Ibu cucu yang sholeh/ah, bermanfaat untuk keluarga, bangsa, negara, dan agama.
Terimakasih Ibu.. Terimakasih..