Sabtu, 19 Oktober 2013

The Miracle of Giving Love : Ikhtiar & Keajaiban

Dears my blog...
Sudah lama saya ingin menulis kisah ini akan tetapi belum sempat dan baru ada waktu sekarang. Saat ini saya sedang berada di perpustakaan Universitas Indonesia, selesai mengerjakan tugas dan kuliah dari hari Senin-Kamis. Ya waktu saya saat ini ketika weekend selain menyelesaikan tugas, paling banyak saya habiskan membaca buku dan menulis di perpustakaan. Bagi saya perpustakaan adalah tempat terbaik dan yang paling saya suka daripada tempat hangout lainnya.
Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi cerita tentang perjalanan saya hingga sampai bisa duduk di perpustakaan Universitas Indonesia dan melanjutkan kuliah studi S2 saya pada program Magister Linguistik Murni Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Kisah ini saya bagikan bukan untuk menunjukkan kehebatan diri akan tetapi hanya ingin berbagi kisah yang mudah-mudahan menjadi inspirasi dan bermanfaat buat para pembaca bahwa jika Tuhan berkehendak jadi maka JADILAH! ataupun bisa maka pasti BISA!
Sesaat setelah prosesi wisuda pada bulan April 2013. Beliau bertiga (Drs.Musta'in Abbas ,M.Pd, Dr Nurhayati, dan Dr.Agus Subiyanto yang merupakan Alumni Fakultas Sastra Universitas Diponegoro angkatan masuk 1982 & 1983) yang menjadi inspirasi dan motivasi saya dalam belajar ilmu linguistik.
Awalnya tidak ada rencana sama sekali bahwa saya akan melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia. Pada waktu itu setelah saya wisuda pada bulan April 2013 dimana tepat meninggalnya Ustadz Jefri Al-Buchori guru kita semua (semoga amal dan kisah inspirasi beliau manfaat buat kita semua-Al Fatehah...), saya sudah mempersiapkan diri untuk melanjutkan studi di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Saya ingat betul waktu itu bahwa pendaftaran pascasarjana UGM sudah dibuka dan saya mau daftar segera setelah selesai wisuda. Akan tetapi setelah wisuda, Tuhan mempertemukan saya dengan dosen pembimbing skripsi saya Bunda Dr. Nurhayati dan Bapak Dr. Agus Subiyanto yang baru mendapatkan gelar doktornya dari Universitas Udayana,Bali menyarankan bahwa agar saya tidak melanjutkan kuliah di UGM akan tetapi disuruh pilih antara Universitas Indonesia atau Universitas Udayana. Alasannya adalah karena kedua universitas tersebut masih memiliki Guru Besar yang sangat berpengaruh dalam perkembangan ilmu bidang linguistik. Pada akhirnya saya pun pilih Universitas Indonesia karena hati lebih condong kesana daripada Universitas Udayana selain juga karena budaya (cultural shock) di Bali yang beraneka ragam. So, Bismillah...ikut tes ujian masuk pascasarjana SIMAK UI.

Ikhtiar pun dimulai, setelah saya daftar secara online tes pascasarjana SIMAK UI 2013, setiap hari tidak ada waktu selain ibadah dan belajar. Jadi sejenak meninggalkan dunia menulis, training, publik speaking, sosial media, komunitas IM3 dan beralih dengan buku TPA karya Bapak Aristo Chandra-Team.
Buku Latihan TPA karya Bapak Aristo Chandra & Team inilah yang menjadi saksi bisu keberhasilan dalam tes ujian pascasarjana UI

Fakta yang paling unik adalah ketika pada tanggal 5 Juni 2013 (H-25 hari menjelang tes) saya dipertemukan dengan Prof.Dr.Mahfud MD karena bertugas membantu mempersiapkan protokoler beliau saat mengisi ceramah di Rumah Sakit Muhammadiyah Kediri. Ini kesekian kalinya saya dipertemukan dengan beliau. Dari beliaulah saya mendapatkan banyak inspirasi dalam kehidupan dalam menuntut ilmu. Pesan beliau yang sampai sekarang saya ingat adalah "Teruslah belajar karena cinta dengan ilmu dan berharap hanya mencari ridho Alloh Swt, jangan berharap apapun (kerja, gaji tinggi, pangkat) dan jangan menghalalkan cara untuk mendapatkanya. Karena jika sudah tiba saatnya nanti waktumu untuk bekerja dan mendapatkan gaji dan pangkat tinggi karena ilmu yang engkau dapatkan selama ini maka mereka yang akan datang menghampirimu tanpa harus engkau susah payah mencari dan Tuhan akan memberikan keajaibanNYA dari jalan yang tidak pernah engkau duga sebelumnya."
Selain itu masih teringat betul kata-kata beliau sesaat setelah foto bersama sebelum beliau kembali menuju kamar hotel Grand Surya Hotel saya minta doa restu beliau dan beliau secara spontan berkata "InsyaAlloh kamu pasti lolos tes dan menjadi mahasiswa pascasarjana UI." kata-kata yang memantik semangat saya dalam ketidakpercayaan pada diri sendiri waktu itu karena daya tampung mahasiswa pascasarjana untuk program Magister Linguistik Murni hanya 4 orang dari seluruh Indonesia. Dan kata-kata beliau benar-benar terjadi. Subhanalloh sebuah keajaiban. Bagi saya beliau adalah titisan penerus perjuangan Gus Dur. Dalam diri beliau mengalir darah ideologis Gus Dur. InsyaAlloh suatu saat beliau akan menjadi Presiden Republik Indonesia yang akan meneruskan tonggak estafet kepemimpinan Gus Dur yang belum selesai.

Tes SIMAK UI 2013 pun dimulai. tepatnya dilaksanakan pada tanggal 30 Juni 2013. Saya mengambil lokasi tes regional Jawa Timur di Surabaya. Pada saat tes saya berangkat sendiri tanpa kedua orangtua dan keluarga yang pada saat itu bersamaan dengan acara di Lamongan. Ujian hatipun dimulai, tekanan demi tekanan datang bertubi-tubi, namun saya tetap meyakinkan hati dan diri sendiri agar selalu pasrah pada ketetapan Ilahi Robbi.
Ikhtiar pun telah disempurnakan dan sekarang tinggal doa saja kepada Tuhan selama bulan Ramadhan 1434H sambil menunggu pengumuman. Pada hari-hari menunggu pengumuman hati pun diliputi dengan kegelisahan. Selama kurang lebih 19 hari itulah saya menemukan bagaimana Tuhan menguji kesabaran saya dengan berbagai tekanan hati dan perasaan. Namun dari situlah saya baru sadar bahwa mungkin inilah jalan yang dipersiapkan Tuhan agar saya lebih dewasa dan bijaksana dalam menjalani kehidupan.

 "Tidak perlu membuktikan diri seberapa hebat kita dimata orang dan begitu juga sebaliknya, tak perlu merendahkan diri jika hanya untuk mencari perhatian orang." #FT

Cukup hidup sebagaimana yang diperintahkan Tuhan akan membawa kita pada ketenangan dan kedamaian. Dalam posisi itulah benar-benar saya merasakan titik nol kehidupan (benar-benar pasrah) karena saya tidak bisa membayangkan bagaimana wajah orangtua ketika ternyata saya tidak diterima karena pada waktu itu saya hanya mengandalkan tes SIMAK UI 2013 dan tidak mengikuti ujian tes di perguruan tinggi yang lain. Pada saat itu memang karena keinginan orangtua agar saya bisa melanjutkan sekolah dulu daripada bekerja dan menikah. Ups..menikah ya...! Intermeso sedikit ah..ya masalah ini saya sekarang sudah benar-benar lega karena Tuhan ternyata belum mengizinkan saya untuk bersatu dengan siapapun saat ini karena Tuhan ingin saya fokus terlebih dahulu pada studi S2 di UI dan karir saya di Jakarta. Sebagai seorang laki-laki memang kita ditugaskan untuk memilih maka setelah memilih langkah selanjutnya adalah melamar, setelah melamar baru akad nikah, setelah akad nikah baru pacaran. Pasti dahsyat tuh pacarannya! semua yang dilakukan saat pacaran setelah menikah akan bernilai pahala dan menggugurkan dosa. Sebagai laki-laki jangan bertele-tele pada seorang wanita. Harus tegas, jika cinta lamar, jika tidak lepaskan,...apaan tuh mas? nih quotenya!

"Jika ada CINTA maka ikatlah dengan BISMILLAH namun jika ternyata tak ada CINTA maka lepaskan dengan ALHAMDULILLAH." #FT
 
Pesan bunda yang selalu saya ingat "Le.. menikah itu pasti nanti akan kamu jalani tapi kalau menuntut ilmu ada batas usianya secara formal, sudahlah kamu itu laki-laki ndak usah bingung untuk mencari calon isteri, yang penting kamu sekarang menuntut ilmu dengan baik dan memperbaiki diri, InsyaAlloh kamu akan mendapatkan jodoh terbaikmu jika sudah tiba saatnya nanti."
Pada akhirnya mengucap syukur Alhamdulillah pada tanggal 19 Juli 2013 (H-19 Hari Raya Idul Fitri 1434H) pengumumanpun tiba. Saya ingat betul waktu itu saya membuka pengumuman pada pukul 09.00 WIB dirumah menggunakan gadget dengan segala perasaan yang campur aduk dan keringat dingin. Untuk menenangkan diri saya pun tunaikan sholat sunah dhuha dan hajat sebelum melihat pengumuman. Dan hanya satu kalimat yang terucap "ALLOHU AKBAR" pada waktu itu menggemparkan seisi rumah. Air mata pun menetes mengalir dalam sujud syukur. Raut wajah Bapak dan Ibu begitu terlihat sangat bahagia. Alhamdulillah akhirnya saya lolos dan bisa melihat wajah keduaorangtua bahagia...


Pada akhirnya saya menyimpulkan bahwa tidak ada yang mustahil ketika kita berikhtiar dan berdoa hanya mengharap ridho Alloh Swt. Mungkin disatu sisi kita diuji dengan berbagai macam tekanan hati, pikiran dan perasaan akan tetapi disisi lain Alloh Swt. memberikan karunia terbesarnya berupa KEAJAIBAN (MIRACLE) dari jalan yang tidak pernah duga dan kira karena kita selalu kembalikan kepada Alloh Swt. Inilah wujud sifat Rohman (Pengasih) dan Rahim (Penyayang). Dan sekali lagi inilah takdir Tuhan yang harus saya jalani, setelah kota Semarang dan kini Jakarta yang menyimpan sebuah rahasia besar atas jawaban dari sebuah pertanyaan "Mengapa Tuhan menempatkan saya disini?"

"Hiduplah hanya untuk mencari BERKAH & mengharap HIDAYAH maka niscaya segalanya akan menjadi MUDAH & INDAH karena jika Tuhan berkehendak JADI maka JADILAH." #FT

Semoga sedikit kisah ini bermanfaat. Mohon maaf atas segala kekurangan dalam tulisan ini karena saya juga manusia biasa yang terus berusaha memperbaiki diri, menjadi lebih baik, dewasa, mandiri dan bijaksana.

Salam Cinta Penuh Kebahagiaan Untuk Kita Semua
Febri Taufiqurrahman
Perpustakaan UI lantai 2.2 Depok

3 komentar:

  1. dari semua blog yang saya baca tentang ujian masuk simak ui, punya mas inilah yang paling saya suka.. hehehe..sampe ikutan terharu bacanya.. hehehe..

    BalasHapus
  2. Assalamualaikum, Mas. Terima kasih telah membagikan pengalamannya lewat tulisan di blog ini.

    Hari ini, Jumat, 6 Juli 2018, alhamdulillah qadarullah saya dinyatakan diterima di S2 Linguistik peminatan Bahasa dan Budaya, UI Depok.

    Kisah Mas di atas menginspirasi dan mengingatkan saya untuk senantiasa bersyukur dan berpegang teguh pada-Nya apapun yang terjadi. Jazakallah khair, terima kasih!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Mba, salam kenal, saya ada rencana melanjutkan ke S2 Linguistik UI juga, apakah blh tanya2? Mungkin saya boleh minta emailnya? Email saya elsayuli2013@gmail.com. Terima kasih :)

      Hapus