Alhamdulllah tepat di hari milad 14 Februari kemarin mendapatkan kabar yang selama ini ditunggu-tunggu dan akhirnya datang juga. Yang selama ini selalu ada dalam doa di sepertiga malam, akhirnya terkabul juga. Jodoh ya mas? Bukan, Tenang, jangan panik ya. Saya masih menjaga diri dan hati kok. Hehe. Jadi begini. Sore itu, ketika rintik hujan turun, saya tiba-tiba mendapat wa dari admin kepegawaian kampus yang menanyakan kesediaan saya untuk mengikuti latsar (prajab) CPNS 2019 pada tanggal 29 Maret 2020 nanti. Ya, inilah salah satu yang saya tunggu-tunggu selama ini. Tidak terasa sudah hampir satu tahun saya mengabdi di kampus dengan status CPNS dan sementara waktu harus menunda kelulusan kuliah S3 karena menunggu latsar (prajab) dan surat tugas belajar. Inilah faktor yang menjadi penghambat saya untuk menyelesaikan studi S3. Awalnya, ketika diterima sebagai dosen CPNS 2019, saya diminta memilih antara ASN atau S3. Pilihan yang sama-sama sulit. Di satu sisi, saya sudah berjuang dari 0 (nol) untuk mengikuti seleksi dosen CPNS, tapi di sisi lain saya juga tinggal selangkah lagi lulus S3. Akhirnya, saya berikhtiar mencari solusi dengan bertemu Sekjen Ristekdikti (sekarang, Kemendikbud-dikti) dan menanyakan langsung hal tersebut. Beliau menyarankan untuk tetap menjalankan tugas sebagai dosen dan melanjutkan studi S3 saja. Beliau juga menyampaikan jika Dikti sebenarnya kurang sepakat dengan peraturan Menpan tentang pemberian surat tugas belajar untuk dosen yang ingin lanjut S3 dengan persyaratan harus mengikuti latsar (prajab) 1 tahun setelah SK CPNS dan harus menunggu 1 tahun lagi setelah SK PNS turun. Nah, baru setelah itu surat tugas belajar bisa diberikan. Padahal Dikti sendiri mendorong agar para dosen segera melanjutkan studi, minimal sampai S3. Sementara itu, tidak ada regulasi tentang dosen CPNS yang ketika diterima, tapi statusnya juga sedang studi S3. Jika saya paksakan untuk segera lulus S3, maka studi S3 saya bisa saja tidak diakui. Akhirnya, saya pun memutuskan untuk tetap aktif kuliah S3 dengan membayar SPP tiap semester. Alhamdulillah, meski Beasiswa Unggulan Kemendikbud yang saya dapatkan hanya membiayai sampai semester 6, saya mendapatkan 2 beasiswa yang lain untuk membayar SPP selanjutnya, yaitu beasiswa Disertasi LPDP dan Beasiswa Program Disertasi Hibah UI (cerita ini akan dilanjut di bawah). Di situlah, saya semakin yakin jika Allah Swt sudah mengatur segalanya. Begitu pula dengan jodoh. Lho.... hehe...
Saya jadi teringat pesan (alm.) Abah KH. A. Hasyim Muzadi ketika mengikuti pengajian beliau yang membahas kitab Al-Hikam di Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Depok setiap ba'da shubuh. Salah satu pesan beliau yang sampai sekarang masih terngiang adalah "Tidak diberi adalah pemberian. Ya, jika kamu sudah berikhtiar dan berdoa meminta sesuatu kepada Allah Swt, tapi jika doa kamu belum dikabulkan, maka itu adalah pemberian. Suatu saat nanti kamu akan mengerti pemberian apa yang diberikan Allah Swt. Yang jelas pemberian itu adalah pemberian terbaik dari Allah Swt untuk kamu." Dari pesan beliau itulah, saya semakin yakin jika Allah Swt sudah mengatur semuanya. Ingin rasanya segera lulus S3 untuk memenuhi harapan Ibunda menjadi Doktor muda, tapi apa daya harus sedikit bersabar menunggu hingga selesai mengikuti prajab dan mendapatkan surat tugas belajar. Kalau flashback masa-masa perjuangan dulu. Saya jadi mengerti mengapa waktu itu pada bulan Februari 2018, saya gagal mengikuti tes dosen tetap non PNS di Universitas Negeri Malang. Awalnya memang sempat down. Namun, ternyata memang Allah Swt belum mengizinkan menjadi dosen waktu itu karena saya harus menyelesaikan proposal disertasi terlebih dahulu. Alhamdulillah bulan Mei 2018 saya lulus ujian proposal disertasi. Saya tidak membayangkan bagaimana jadinya jika pada waktu itu saya diterima sebagai dosen tetap non PNS di Universitas Negeri Malang, tapi saya belum lulus ujian proposal disertasi. Pasti akan lebih berat untuk segera lulus. Itulah mengapa pada waktu itu Allah Swt tidak mengizinkan saya untuk menjadi dosen tetap non PNS di Universitas Negeri Malang karena jika saya diterima, maka akan semakin berat menjalaninya. Bukannya Allah Swt tidak mengabulkan, tapi Allah Swt menunda waktunya saja.
Pada bulan November 2018, saya mengikuti tes CPNS untuk formasi Dosen Linguistik di Universitas Negeri Malang. Saya masih ingat betul bagaimana perjuangan mengikuti tes CAT CPNS di Kantor Walikota Jakarta Utara. Selama 1 bulan, saya fokus belajar latihan soal-soal CAT CPNS. Sambil menjaga toko, saya latihan soal-soal CAT CPNS berkali-kali sampai menemukan pola soalnya. H-1 sebelum ujian, saya masih perjalanan kereta dari Kediri menuju Jakarta. Sampai di Jakarta Pkl. 22.30 langsung naik KRL menuju Depok. Sampai di rumah Depok terjadi drama, adik ketiduran dan pintu terkunci dari dalam. Akhirnya menunggu sampai Pkl. 01.00 baru pintu terbuka. Sempat istirahat dan merebahkan badan sebentar sampai Shubuh. Setelah sholat Shubuh, diantarkan adik ke terminal Depok. Dari terminal Depok naik Busway ke Kantor Walikota Jakarta Utara. Di dalam Busway sempat tidur sebentar. Dengan mata yang masih ngantuk berjalan dari halte ke kantor Walikota Jakarta Utara. Sampai di sana sistem tes CAT bermasalah sehingga tes ditunda sampai setelah shalat Jumat. Alhamdulillah (dalam batin). Saya memutuskan mengisi waktu dengan shalat sunnah dhuha dan membaca surah Ar-Rahman di Masjid Kantor Walkot Jakut. Setelah itu, karena mata masih ngantuk, saya memutuskan untuk tidur di Gazebo area perkantoran sambil menunggu waktu shalat Jumat tiba. Saya memilih istirahat dan menenangkan diri daripada harus belajar latihan soal-soal CAT seperti yang lain. Waktu ujianpun tiba. Saya memasuki ruang ujian dengan berdoa dan bersalawat dalam hati. Saya hanya fokus dengan diri saya sendiri dan tidak menghiraukan yang lain. Di saat yang lain keluar terlebih dulu, saya terus mengerjakan soal-soal CAT sampai waktu habis. Hati pun berdegup kencang dan tidak berani menekan tombol "selesai". Sekejap saya menutup mata. Kemudian, saya buka mata perlahan dan melihat nilai yang keluar. TWK 95, TIU 80, TKP 145. Alhamdulillah lolos Passing Grade (PG). Saya pun berjalan keluar dengan terus mengucap syukur kepada Allah Swt dan ingin segera memberi kabar kepada orangtua. Saya tidak menghiraukan hiruk pikuk pasca tes. Katanya, ada panitia yang sedang mencari siapa yang lolos PG, tapi saya hanya diam saja dan berjalan melipir keluar. Pada waktu itu memang banyak yang tidak lolos PG sehingga pemerintah memutuskan untuk memeringkat yang tidak lulus PG, tapi tetap memberikan prioritas yang lulus PG. Dua bulan kemudian, pengumuman resmi dari pemerintah keluar. Alhamdulillah mendapat peringkat pertama untuk melanjutkan tes SKB (Seleksi Kompetensi Bidang). Ketika itu saya berhadapan head to head dengan adik kelas S2 Linguistik FIB UI yang baru lulus. Saya hanya pasrah kepada Allah Swt, jika memang rezekinya di Universitas Negeri Malang, maka pasti tidak akan pernah tertukar. Hari pengumuman tiba. Ketika itu saya berada di Pamekasan, berkunjung ke rumah dr. Saifuddin Abbas, adik kandungnya Bapak yang ditugaskan menjadi Ketua IDI Pamekasan (Sekarang menjadi Pengurus IDI Wilayah Jawa Timur). Di Pamekasan Madura sulit sinyal. Jadi sulit untuk mengunduh pengumuman. Saya masih ingat betul, waktu itu sampai mencari sinyal di perbatasan Pamekasan, tapi tidak mendapatkan sinyal untuk mengunduh file yang besar. Belum sempat selesai mengunduh, tiba-tiba mendapat kiriman file pengumuman dari teman dan dinyatakan lulus. Alhamdulillah. Seketika itu mengucap syukur di dalam mobil bersama Bapak. Perjuangan dan pengorbanan selama ini tidak sia-sia. Belum selang sebulan setelah pengumuman CPNS, tiba-tiba mendapat email dari LPDP tentang beasiswa disertasi yang ditanyakan lolos. Seminggu kemudian, mendapat kabar dari pembimbing akademik jika proposal Program Hibah Tugas Akhir Doktoral UI yang juga lolos. Alhamdulillah wa syukurillah terucap rasa syukur yang tak terhingga atas segala nikmat yang telah diberikan Allah Swt. Semua ini saya persembahkan sebagai kado awal tahun 2019 untuk Ibunda tercinta. Ya, seperti yang sudah saya tulis sebelumnya, Ibu ingin anak-anaknya bisa menyelesaikan studi hingga S3. Saya menyadari bahwa sebagai anak pertama, saya memiliki tanggungjawab dan harus memberikan contoh kepada adik-adik untuk memenuhi harapan Ibunda. Itulah alasan mengapa selama ini saya hanya fokus dan sibuk mengejar cita-cita. Untuk masalah cinta, saya yakin dia akan datang jika sudah waktunya. Meski tidak datang dengan cepat, tapi saya yakin jika dia pasti datang dalam waktu yang sangat tepat. Selama ini saya hanya menjaga diri dan hati karena saya juga yakin jika jodoh saya nanti pasti sedang menjaga diri dan hati. Mungkin dia belum datang saat ini karena Allah Swt ingin saya fokus untuk menyelesaikan disertasi. Saya yakin dia Insyaallah akan datang pada wisuda S3 di UI nanti. Aamiin Yra.