Saya sengaja mengambil libur 1 minggu untuk mencari udara segar setelah selama dua bulan hanya berkutat di kamar kosan dengan analisis data penelitian tesis. Karena Saya kehabisan tiket kereta Jakarta-Kediri, akhirnya Saya memutuskan untuk pulang dengan nglaju naik Bis dari Depok-Tegal, kemudian dari Tegal naik Kereta ke Semarang (karena banyak sekali jadwal kereta Tegal-Semarang yang masih kosong) sekalian menjenguk Adik Saya disana dan kebetulan diajak ketemuan dengan para Alumni BEM FIB Undip lintas angkatan. Sampai di Semarang jam 8pagi, setelah rapat dengan para Alumni BEM FIB Undip, kemudian jam 6sore meneruskan melanjutkan perjalanan ke Kediri naik Bis dari Sukun ke Terminal Solo, kemudian oper Bis jurusan Surabaya turun di Kertosono lanjut oper Bis menuju Kediri. Total Saya hitung perjalanan darat Saya kemaren adalah 31 jam, rekor baru sepanjang hidup Saya menggunakan transportasi Bis. Meskipun begitu, Saya sangat menikmati perjalanan tersebut karena selain bernostalgia dengan Bis yang selama hampir 5 tahun Saya gunakan untuk transportasi Semarang-Kediri, juga bisa bertemu dengan masyarakat dengan berbagai macam karakter dan latar belakang. Sesekali Saya bertemu dengan orang yang enak diajak ngobrol dan mendapatkan pelajaran ataupun nilai dari kehidupan yang tiba-tiba saja mereka menceritakan, kemudian Saya hanya mendengarkan dan sesekali juga menanggapi. Selain itu, Saya juga melihat pedagang dan pengamen dalam Bis yang membuat Saya selalu ingat untuk menjadi manusia yang bersyukur setiap saat. Itulah kenapa Saya lebih suka memilih menggunakan perjalanan darat dengan nglaju atau oper dari bis satu ke bis yang lain, dari terminal satu ke terminal yang lain.
Sabtu malam (seminggu yang lalu), Saya hanya ingin di rumah bersama keluarga dan tidak ingin kemana-mana. Bahkan ada teman yang ngajak main, Saya menolaknya. Bagi Saya, saat-saat berada di rumah adalah waktu untuk keluarga dan membantu orang tua. Bagaimanapun juga, Saya sebagai anak pertama dalam keluarga harus bisa menjadi contoh yang baik buat ketiga adik Saya dan juga harus siap kelak menjadi pemimpin dalam keluarga. Saya pun jarang keluar rumah. Daripada keluar rumah, Saya lebih suka memanfaatkan liburan di rumah dengan membaca buku atau menonton film Box Office dan drama korea terbaru sambil menjaga toko di rumah. Ternyata modus teman Saya mengajak keluar rumah adalah ingin curhat dan konsultasi tentang masalah hidupnya. Akhirnya Saya minta dia datang saja ke rumah. Sabtu malam (seminggu yang lalu) selepas maghrib, dia datang ke rumah. Kemudian dia menceritakan permasalahan yang dia hadapi saat ini dan Saya mendengarkan dengan baik. Saya akan menceritakan hikmah dari cerita tersebut dengan tetap menjaga kerahasiaan identitasnya. Sebut saja dia dengan nama Satria (bukan nama sebenarnya). Saya tahu betul bagaimana masa lalunya yang selalu bergonta-ganti pacar. Entah sudah berapa puluh wanita yang diajaknya kencan. Entah sudah berapa ratus juta uang orangtuanya yang dia gunakan secara tidak wajar. Dia memang dibesarkan dari keluarga yang sangat berada. Rumah mewah dan mobil berlimpah membuatnya mudah dalam menggait hati wanita yang ingin dia jadikan pacar. Bahkan Saya masih ingat kalau orangtuanya pernah datang ke rumah menanyakan keberadaan dia ketika beberapa hari tidak pulang ke rumah. Saya sangat kenal dengan orangtuanya. Ayah dari Satria adalah salah satu tokoh masyarakat Kota Kediri yang sangat dihormati. Sesekali, saat Saya pulang ke Kediri selalu menyempatkan bersilaturahmi kerumahnya untuk sharing dengan Ayah Satria yang juga merupakan Guru Besar dari salah satu Universitas Negeri ternama di Surabaya. Ayahnya selalu menitipkan pesan kepada Saya agar mau menjadi Kakak Satria bagaimanapun sikap buruk Satria selama ini. Tapi itu hanyalah Satria di masa lalu, Dia yang sekarang sudah berubah 180 derajat. Sekarang dia menjadi penggerak dakwah dan menjadi wakil ketua dari gerakan Berani Berhijrah (lihat di IG). Malam itu dia menanyakan kepada Saya, kurang lebih sebagai berikut;
Satria: "Mas, aku barusan ta'aruf dengan seorang wanita. Aku juga jatuh cinta sama dia. Tapi aku masih agak sedikit ragu setelah tahu masa lalunya. Semasa SMA, Dia adalah ketua Cheerleaders. Aku tahu bagaimana pergaulan dia di masa lalu yang bergonta-ganti pacar. Namun, sekarang dia sudah berubah dan berhijab, bahkan sekarang dia menjadi Presiden Bem Fakultas Psikologi di salah satu Universitas di Surabaya. Aku harus gimana, Mas?"
Saya: "Semua orang punya masa lalu, baik maupun buruk. Tapi tidak penting masa lalu dia karena yang terpenting adalah dia yang sekarang. Aku yakin Tuhan mempertemukan kalian yang sekarang karena sudah sama-sama sadar untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Kamu juga sadar kalau kamu juga punya masa lalu yang kelam dan sekarang kamu menyadari bahwa karena kehidupanmu di masa lalu itulah kamu bisa menjadi seperti sekarang. Mungkin saja dia jodoh yang telah Tuhan siapkan buat kamu. Apalagi kamu sudah lulus menjadi Dokter Muda. Artinya kalian dipertemukan dalam waktu yang sangat tepat untuk saling menetapkan hati dalam ikatan suci yakni menikah. Tapi bila kamu masih ada keraguan, maka beri waktu buat dirimu untuk meyakinkan diri dengan cara melaksanakan sholat istikhoroh. "
Satria: "Iya Mas, disitu aku masih ragu. Aku sendiri malu dengan diriku di masa lalu, merasa belum siap dan tidak pantas untuk bersanding dengan dia."
Saya: "Kalau dia menerimamu dengan segala kekurangan ataupun kelebihan yang kamu miliki dan dia yakin sama kamu, ya harusnya kamu juga yakin sama dia. Pasti dia juga merasa hal yang sama karena dia punya masa lalu yang kelam saat menjadi ketua Cheerleaders semasa SMA dulu. Dia juga merasa tidak pantas dan belum siap untuk memilihmu. Yang terpenting adalah saat ini kalian bertemu dalam keadaan lebih baik. Aku yakin pertemuan kalian bukanlah hanya sekedar kebetulan tapi semua itu tidak terlepas dari rencana dan kehendak Tuhan yang telah menjanjikan bahwa laki-laki yang baik pasti akan mendapatkan wanita yang baik dan begitu pula sebaliknya. Kalian telah dipertemukan pada waktu yang tepat, saat kalian ingin menjadi pribadi yang lebih baik dengan kesadaran dan ikhtiar kalian masing-masing."
Sementara itu, Anisa (bukan nama sebenarnya) adalah salah satu mantan Satria yang kenal baik dengan Saya karena dulu mereka (Anisa dan Satria) saat masih pacaran sering curhat kepada Saya ketika ada masalah. Anisa sekarang menjadi mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Saat ini dia sedang menyelesaikan skripsi. Saya juga tidak menyangka jika Anisa tiba-tiba mengajak ketemuan hari Sabtu malam kemaren (seminggu kemudian setelah Satria datang ke rumah Saya) untuk curhat dan konsultasi tapi Saya menolak untuk bertemu. Saya harus menjaga diri dan hati untuk jodoh terbaik Saya nanti. Meskipun hanya teman baik, Saya harus tetap menjaga jarak dengan wanita lain. Karena Saya menolak untuk bertemu dengan dia. Akhirnya Saya minta Anisa curhat via BBM saja. Dia bercerita bahwa saat ini dia belum bisa melupakan Satria, tapi dia bersyukur karena setelah putus dari Satria, justru dia berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Bahkan saat ini dia mengenakan hijab. Dia juga sangat bersyukur karena setelah putus dengan Satria, kehidupannya menjadi lebih baik. Jika dulu, dia kuliah karena ingin selalu bersama Satria yang juga kuliah disana, tapi akhirnya dia sadar bahwa pentingnya menuntut ilmu bukan karena orang lain. Dia juga merasakan hidup lebih nyaman tanpa pacaran. Bahkan dia mengatakan kepada Saya jika ada seorang laki-laki yang memang serius dengannya dan mengajaknya untuk menikah, maka dia pasti akan langsung menerimanya tapi dengan catatan jika memang ada saling cinta dan sayang sepenuh hati. "Aku uda jenuh pacaran terus Mas, aku gak mau pacaran lagi!" kata dia via BBM.
Hal yang paling sulit dalam fase kehidupan manusia adalah saat-saat harus memilih dan menentukan pasangan hidup. Dari kisah nyata di atas dapat kita ambil pelajaran berharga bahwa Tuhan pasti akan memberikan jalan bertemu dengan jodoh terbaik asal kita juga berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Jika kita ingin jodoh kita baik maka diri kita sendiri harus menjadi baik. Kewajiban kita hanya mengingatkan dan mengajaknya saja untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Jangan pernah menyuruhnya atau memaksanya untuk menjadi pribadi yang lebih baik, sedangkan kita sendiri tidak berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Jika dia berubah menjadi pribadi yang lebih baik maka itu bukan karena kita akan tetapi karena Allah Swt.
Saya jadi teringat salah satu kisah teman saya kuliah S2 yang berasal dari Bengkulu saat dia bercerita kepada Saya sebelum dia menikah. Sebut saja namanya Silvia (bukan nama sebenarnya). Silvia adalah Putri Bengkulu pada tahun sekian. Dia menceritakan bagaimana dia memutuskan berhijrah dengan mengenakan hijab. Dulu dia selalu mengenakan pakaian yang terbuka, mini dan seksi (kata dia lho ya). Pada suatu ketika, dia merasa jenuh dan risih karena banyak sekali pria yang mengejarnya dengan berbagai modus dan perhatian. Namun, dia tahu bahwa mereka hanya mengejarnya karena kecantikan dan keindahan fisik saja karena dia adalah Putri Bengkulu dan model. "Gue males Feb, kalau udah ngadepin cowok-cowok yang kayak gitu!" Kemudian dia menceritakan kisahnya saat dia dipertemukan dengan seorang laki-laki asal Surabaya. Dia bertemu dengan laki-laki itu saat ada kompetisi di Universitas Indonesia semasa masih kuliah S1. Dia merasakan bahwa selama dekat dengan laki-laki itu, dia merasa termotivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan juga lebih dekat dengan Tuhan. Sampai suatu ketika dia memutuskan untuk mengenakan hijab. Meskipun awalnya belum bisa mengenakan hijab seutuhnya alias lepas pakai, namun seiring berjalannya waktu, sekarang dia berusaha istiqomah mengenakan hijab karena dia merasa lebih nyaman dan aman ketika mengenakan hijab. Dia juga merasa bersyukur sekali karena setelah mengenakan hijab, gak ada cowok yang berani ganggu dia dan juga dihindarkan dari pergaulan yang tidak baik. "Sekarang gak ada cowok-cowok yang gangguin gue Feb setelah gue pakai hijab!" Dia juga mengatakan bahwa keputusan dia mengenakan hijab bukan karena laki-laki itu tapi karena memang dia sadar bahwa jalan untuk menjadi pribadi yang lebih baik adalah melalui laki-laki itu. Dia juga yakin bahwa laki-laki itu dikirim Tuhan untuk masuk dalam kehidupannya sebagai Imamnya. Pada akhirnya dia menikah dengan laki-laki itu pada bulan Desember 2013 yang lalu. Keduanya sama-sama sedang melanjutkan studi S2, dia jurusan linguistik satu kelas dengan Saya, sedangkan suaminya S2 Psikologi di UI juga.
Dari kisah nyata di atas maka dapat kita ambil hikmah bahwa Tuhan memberikan jalan hidayah kepada seseorang melalui banyak jalan, bisa karena suatu peristiwa ataupun pertemuan dengan seseorang. Selain itu, kita juga dapat mengambil hikmah yang lain bahwa tidak ada yang dapat mengubah diri kita kecuali diri kita sendiri, mau atau tidak untuk berubah. Bila Silvia tidak dengan sadar untuk berubah maka sampai kapanpun dia tidak akan berubah. Meskipun ada laki-laki baik yang hadir dalam kehidupannya dan mengajaknya untuk menjadi pribadi yang lebih baik, tapi jika Silvia tidak menyadarinya maka dia mungkin masih tenggelam dalam pergaulan dunia malam. Hal tersebut mengajarkan kita satu hal bahwa laki-laki yang baik adalah untuk wanita yang baik. Saat Silvia berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik, maka Tuhan mempertemukan dia dengan laki-laki yang baik dan pantas untuk menjadi Imamnya.
Intinya adalah saat kita memahami bahwa kehidupan ini hanyalah sementara dan kita pasti akan kembali kepadaNya maka kita jangan sampai mensia-siakan kesempatan baik yang diberikan Tuhan kepada kita. Oleh karena itu jika saat ini kita merasa belum menjadi pribadi yang baik dan masih sangat jauh dengan Tuhan, maka kita masih memiliki kesempatan untuk berubah. Berani berhijrah (berubah) atas kesadaran kita sendiri, bukan karena paksaan, dan juga bukan berubah karena orang lain. Paling tidak mulailah dari diri sendiri, dari hal yang kecil, dan mulailah saat ini karena kita tidak tahu apakah esok hari kita masih bisa berjumpa lagi dan bisa menghirup nafas segar dunia ini.
Tidak adil rasanya jika Saya hanya menceritakan kisah orang lain. Saya juga akan menceritakan sedikit tentang kisah nyata Saya sebagai penutup dalam tulisan kali ini. Entah itu hidayah atau bukan, tapi Saya bersyukur akhirnya Saya disadarkan kembali ke jalan Tuhan melalui sebuah peristiwa. Saya sadar bahwa peristiwa tersebut membuat Saya berani mengambil keputusan untuk berubah (berhijrah). Awalnya memang karena Saya ingin membuktikan kepada seseorang yang telah menyakiti dan mengecewakan Saya di masa lalu. Itulah kenapa semasa SMA, Saya belajar sangat keras dan giat. Saya ingin masuk kuliah kedokteran di UGM. Namun, seiring berjalannya waktu, Saya menyadari bahwa apa yang Saya lakukan hanya sia-sia belaka. Saya sadar harusnya Saya melalukan perubahan dalam diri Saya sebagai bentuk rasa syukur karena Tuhan telah menyelamatkan Saya dari pergaulan yang tidak baik alias pacaran. Saya bersyukur sekali atas semua rencana, kehendak, dan kuasa Tuhan atas kehidupan Saya selama ini. Mungkin jika Saya tidak segera menyadari untuk berani berhijrah (berubah) maka mungkin Saya tidak pernah menjadi Ketua OSIS, Ketua BEM, dan sekarang bisa melanjutkan studi S2 di Universitas Indonesia yang tidak pernah Saya duga sama sekali. Masa-masa sulit itu sudah Saya lalui dengan penuh kesabaran. Bahkan semua rasa sakit dan kecewa yang Saya alami sudah berubah menjadi kekuatan dan rasa syukur yang mendalam kepada Tuhan dalam menjalani kehidupan ini. Saya akan terus bersabar. Saya hanya akan terus memperbaiki diri. Berprasangka baik terhadap siapapun dan dalam keadaan bagaimanapun. Sampai suatu ketika Tuhan pasti akan mempertemukan Saya dengan jodoh yang tepat, seorang bidadari yang bersedia menerima segala kekurangan dan kelebihan yang Saya miliki untuk menjadi Suami dan Imamnya. Begitu pula Saya juga pasti bersedia menerima dia menjadi Istri Saya dengan segala kekurangan dan kelebihan yang dia miliki. Semua pasti akan indah pada waktunya dan masa-masa kita sekarang ini adalah waktu untuk lebih serius menentukan pasangan hidup. Sampai waktu itu tiba, sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, Saya akan terus memperbaiki diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik bukan untuk membuktikan kepada siapapun akan tetapi berani berhijrah (berubah) hanya karena Allah Swt. Just believe in Allah Swt...
Satria: "Mas, aku barusan ta'aruf dengan seorang wanita. Aku juga jatuh cinta sama dia. Tapi aku masih agak sedikit ragu setelah tahu masa lalunya. Semasa SMA, Dia adalah ketua Cheerleaders. Aku tahu bagaimana pergaulan dia di masa lalu yang bergonta-ganti pacar. Namun, sekarang dia sudah berubah dan berhijab, bahkan sekarang dia menjadi Presiden Bem Fakultas Psikologi di salah satu Universitas di Surabaya. Aku harus gimana, Mas?"
Saya: "Semua orang punya masa lalu, baik maupun buruk. Tapi tidak penting masa lalu dia karena yang terpenting adalah dia yang sekarang. Aku yakin Tuhan mempertemukan kalian yang sekarang karena sudah sama-sama sadar untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Kamu juga sadar kalau kamu juga punya masa lalu yang kelam dan sekarang kamu menyadari bahwa karena kehidupanmu di masa lalu itulah kamu bisa menjadi seperti sekarang. Mungkin saja dia jodoh yang telah Tuhan siapkan buat kamu. Apalagi kamu sudah lulus menjadi Dokter Muda. Artinya kalian dipertemukan dalam waktu yang sangat tepat untuk saling menetapkan hati dalam ikatan suci yakni menikah. Tapi bila kamu masih ada keraguan, maka beri waktu buat dirimu untuk meyakinkan diri dengan cara melaksanakan sholat istikhoroh. "
Satria: "Iya Mas, disitu aku masih ragu. Aku sendiri malu dengan diriku di masa lalu, merasa belum siap dan tidak pantas untuk bersanding dengan dia."
Saya: "Kalau dia menerimamu dengan segala kekurangan ataupun kelebihan yang kamu miliki dan dia yakin sama kamu, ya harusnya kamu juga yakin sama dia. Pasti dia juga merasa hal yang sama karena dia punya masa lalu yang kelam saat menjadi ketua Cheerleaders semasa SMA dulu. Dia juga merasa tidak pantas dan belum siap untuk memilihmu. Yang terpenting adalah saat ini kalian bertemu dalam keadaan lebih baik. Aku yakin pertemuan kalian bukanlah hanya sekedar kebetulan tapi semua itu tidak terlepas dari rencana dan kehendak Tuhan yang telah menjanjikan bahwa laki-laki yang baik pasti akan mendapatkan wanita yang baik dan begitu pula sebaliknya. Kalian telah dipertemukan pada waktu yang tepat, saat kalian ingin menjadi pribadi yang lebih baik dengan kesadaran dan ikhtiar kalian masing-masing."
Sementara itu, Anisa (bukan nama sebenarnya) adalah salah satu mantan Satria yang kenal baik dengan Saya karena dulu mereka (Anisa dan Satria) saat masih pacaran sering curhat kepada Saya ketika ada masalah. Anisa sekarang menjadi mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Saat ini dia sedang menyelesaikan skripsi. Saya juga tidak menyangka jika Anisa tiba-tiba mengajak ketemuan hari Sabtu malam kemaren (seminggu kemudian setelah Satria datang ke rumah Saya) untuk curhat dan konsultasi tapi Saya menolak untuk bertemu. Saya harus menjaga diri dan hati untuk jodoh terbaik Saya nanti. Meskipun hanya teman baik, Saya harus tetap menjaga jarak dengan wanita lain. Karena Saya menolak untuk bertemu dengan dia. Akhirnya Saya minta Anisa curhat via BBM saja. Dia bercerita bahwa saat ini dia belum bisa melupakan Satria, tapi dia bersyukur karena setelah putus dari Satria, justru dia berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Bahkan saat ini dia mengenakan hijab. Dia juga sangat bersyukur karena setelah putus dengan Satria, kehidupannya menjadi lebih baik. Jika dulu, dia kuliah karena ingin selalu bersama Satria yang juga kuliah disana, tapi akhirnya dia sadar bahwa pentingnya menuntut ilmu bukan karena orang lain. Dia juga merasakan hidup lebih nyaman tanpa pacaran. Bahkan dia mengatakan kepada Saya jika ada seorang laki-laki yang memang serius dengannya dan mengajaknya untuk menikah, maka dia pasti akan langsung menerimanya tapi dengan catatan jika memang ada saling cinta dan sayang sepenuh hati. "Aku uda jenuh pacaran terus Mas, aku gak mau pacaran lagi!" kata dia via BBM.
Hal yang paling sulit dalam fase kehidupan manusia adalah saat-saat harus memilih dan menentukan pasangan hidup. Dari kisah nyata di atas dapat kita ambil pelajaran berharga bahwa Tuhan pasti akan memberikan jalan bertemu dengan jodoh terbaik asal kita juga berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Jika kita ingin jodoh kita baik maka diri kita sendiri harus menjadi baik. Kewajiban kita hanya mengingatkan dan mengajaknya saja untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Jangan pernah menyuruhnya atau memaksanya untuk menjadi pribadi yang lebih baik, sedangkan kita sendiri tidak berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Jika dia berubah menjadi pribadi yang lebih baik maka itu bukan karena kita akan tetapi karena Allah Swt.
Saya jadi teringat salah satu kisah teman saya kuliah S2 yang berasal dari Bengkulu saat dia bercerita kepada Saya sebelum dia menikah. Sebut saja namanya Silvia (bukan nama sebenarnya). Silvia adalah Putri Bengkulu pada tahun sekian. Dia menceritakan bagaimana dia memutuskan berhijrah dengan mengenakan hijab. Dulu dia selalu mengenakan pakaian yang terbuka, mini dan seksi (kata dia lho ya). Pada suatu ketika, dia merasa jenuh dan risih karena banyak sekali pria yang mengejarnya dengan berbagai modus dan perhatian. Namun, dia tahu bahwa mereka hanya mengejarnya karena kecantikan dan keindahan fisik saja karena dia adalah Putri Bengkulu dan model. "Gue males Feb, kalau udah ngadepin cowok-cowok yang kayak gitu!" Kemudian dia menceritakan kisahnya saat dia dipertemukan dengan seorang laki-laki asal Surabaya. Dia bertemu dengan laki-laki itu saat ada kompetisi di Universitas Indonesia semasa masih kuliah S1. Dia merasakan bahwa selama dekat dengan laki-laki itu, dia merasa termotivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan juga lebih dekat dengan Tuhan. Sampai suatu ketika dia memutuskan untuk mengenakan hijab. Meskipun awalnya belum bisa mengenakan hijab seutuhnya alias lepas pakai, namun seiring berjalannya waktu, sekarang dia berusaha istiqomah mengenakan hijab karena dia merasa lebih nyaman dan aman ketika mengenakan hijab. Dia juga merasa bersyukur sekali karena setelah mengenakan hijab, gak ada cowok yang berani ganggu dia dan juga dihindarkan dari pergaulan yang tidak baik. "Sekarang gak ada cowok-cowok yang gangguin gue Feb setelah gue pakai hijab!" Dia juga mengatakan bahwa keputusan dia mengenakan hijab bukan karena laki-laki itu tapi karena memang dia sadar bahwa jalan untuk menjadi pribadi yang lebih baik adalah melalui laki-laki itu. Dia juga yakin bahwa laki-laki itu dikirim Tuhan untuk masuk dalam kehidupannya sebagai Imamnya. Pada akhirnya dia menikah dengan laki-laki itu pada bulan Desember 2013 yang lalu. Keduanya sama-sama sedang melanjutkan studi S2, dia jurusan linguistik satu kelas dengan Saya, sedangkan suaminya S2 Psikologi di UI juga.
Dari kisah nyata di atas maka dapat kita ambil hikmah bahwa Tuhan memberikan jalan hidayah kepada seseorang melalui banyak jalan, bisa karena suatu peristiwa ataupun pertemuan dengan seseorang. Selain itu, kita juga dapat mengambil hikmah yang lain bahwa tidak ada yang dapat mengubah diri kita kecuali diri kita sendiri, mau atau tidak untuk berubah. Bila Silvia tidak dengan sadar untuk berubah maka sampai kapanpun dia tidak akan berubah. Meskipun ada laki-laki baik yang hadir dalam kehidupannya dan mengajaknya untuk menjadi pribadi yang lebih baik, tapi jika Silvia tidak menyadarinya maka dia mungkin masih tenggelam dalam pergaulan dunia malam. Hal tersebut mengajarkan kita satu hal bahwa laki-laki yang baik adalah untuk wanita yang baik. Saat Silvia berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik, maka Tuhan mempertemukan dia dengan laki-laki yang baik dan pantas untuk menjadi Imamnya.
Intinya adalah saat kita memahami bahwa kehidupan ini hanyalah sementara dan kita pasti akan kembali kepadaNya maka kita jangan sampai mensia-siakan kesempatan baik yang diberikan Tuhan kepada kita. Oleh karena itu jika saat ini kita merasa belum menjadi pribadi yang baik dan masih sangat jauh dengan Tuhan, maka kita masih memiliki kesempatan untuk berubah. Berani berhijrah (berubah) atas kesadaran kita sendiri, bukan karena paksaan, dan juga bukan berubah karena orang lain. Paling tidak mulailah dari diri sendiri, dari hal yang kecil, dan mulailah saat ini karena kita tidak tahu apakah esok hari kita masih bisa berjumpa lagi dan bisa menghirup nafas segar dunia ini.
Tidak adil rasanya jika Saya hanya menceritakan kisah orang lain. Saya juga akan menceritakan sedikit tentang kisah nyata Saya sebagai penutup dalam tulisan kali ini. Entah itu hidayah atau bukan, tapi Saya bersyukur akhirnya Saya disadarkan kembali ke jalan Tuhan melalui sebuah peristiwa. Saya sadar bahwa peristiwa tersebut membuat Saya berani mengambil keputusan untuk berubah (berhijrah). Awalnya memang karena Saya ingin membuktikan kepada seseorang yang telah menyakiti dan mengecewakan Saya di masa lalu. Itulah kenapa semasa SMA, Saya belajar sangat keras dan giat. Saya ingin masuk kuliah kedokteran di UGM. Namun, seiring berjalannya waktu, Saya menyadari bahwa apa yang Saya lakukan hanya sia-sia belaka. Saya sadar harusnya Saya melalukan perubahan dalam diri Saya sebagai bentuk rasa syukur karena Tuhan telah menyelamatkan Saya dari pergaulan yang tidak baik alias pacaran. Saya bersyukur sekali atas semua rencana, kehendak, dan kuasa Tuhan atas kehidupan Saya selama ini. Mungkin jika Saya tidak segera menyadari untuk berani berhijrah (berubah) maka mungkin Saya tidak pernah menjadi Ketua OSIS, Ketua BEM, dan sekarang bisa melanjutkan studi S2 di Universitas Indonesia yang tidak pernah Saya duga sama sekali. Masa-masa sulit itu sudah Saya lalui dengan penuh kesabaran. Bahkan semua rasa sakit dan kecewa yang Saya alami sudah berubah menjadi kekuatan dan rasa syukur yang mendalam kepada Tuhan dalam menjalani kehidupan ini. Saya akan terus bersabar. Saya hanya akan terus memperbaiki diri. Berprasangka baik terhadap siapapun dan dalam keadaan bagaimanapun. Sampai suatu ketika Tuhan pasti akan mempertemukan Saya dengan jodoh yang tepat, seorang bidadari yang bersedia menerima segala kekurangan dan kelebihan yang Saya miliki untuk menjadi Suami dan Imamnya. Begitu pula Saya juga pasti bersedia menerima dia menjadi Istri Saya dengan segala kekurangan dan kelebihan yang dia miliki. Semua pasti akan indah pada waktunya dan masa-masa kita sekarang ini adalah waktu untuk lebih serius menentukan pasangan hidup. Sampai waktu itu tiba, sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, Saya akan terus memperbaiki diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik bukan untuk membuktikan kepada siapapun akan tetapi berani berhijrah (berubah) hanya karena Allah Swt. Just believe in Allah Swt...