Dear my blog,
Pagi ini, ditengah-tengah kesibukan dalam menyelesaikan tesis, Saya ingin menyempatkan sedikit berbagi ilmu. Hari ini, kajian kitab Al-Hikam karya Syech Ibn At-Tho'ilah As Sakandari di Pondok Al-Hikam Depok telah masuk pada hikmah ke 75 & 76. Terdapat banyak pelajaran yang dapat kita ambil di dalamnya. Dalam hikmah ke 75 disebutkan bahwa "Boleh jadi Allah memberimu, padahal itu menolakmu. Dan boleh jadi pula DIA menolakmu padahal DIA memberimu." Kemudian dilanjutkan pada hikmah ke 76 disebutkan bahwa "Ketika Allah membukakan pintu pengertian bagimu tentang penolakan-Nya, maka penolakan itu pun berubah menjadi pemberian." Dari penjelasan KH.Hasyim Muzadi mengenai isi kitab tersebut, kemudian Saya renungkan, pikirkan, dan resapi maknanya. Beliau menjelaskan bahwa kedua hikmah dalam pasal 75 & 76 tersebut mengandung isi bahwa pemberian itu bukan hanya masalah jumlah akan tetapi juga waktu. Bisa jadi Allah tidak memberikan apa yang kita inginkan saat ini karena ada keburukan yang akan terjadi apabila itu diberikan saat ini. Dan sesungguhnya apabila kita tidak diberi atau tidak dikabulkannya keinginan kita maka itu sebenarnya adalah pemberian. Bisa jadi Allah memberikan alternatif pilihan lain yang lebih baik dari apa yang kita minta pada waktu yang lain. Begitu pula, bisa jadi ketika kita diberi atau dikabulkannya keinginan kita maka itu sebenarnya adalah penolakan atau bukan pemberian. Artinya adalah dibalik pemberian Allah itu merupakan sebuah ujian bagi kita. Apakah kita lulus dari ujian tersebut dan mendapatkan kebaikan atau justru kita tidak lulus dan mendapatkan keburukan di dalamnya. Berdasarkan hal tersebut maka dapat kita simpulkan bahwa kita dianjurkan untuk tetap selalu berdoa kepada Allah Swt. Perkara nanti dikabulkan atau tidaknya maka kita serahkan kepada Allah Swt. Doa harus selalu dipanjatkan tapi jangan mengatur Allah Swt untuk mengabulkannya atau jangan berprasangka buruk kepada Allah Swt saat tidak dikabukan. Oleh karena itu, dengan kita terus berprasangka baik kepada Allah Swt maka kita akan dapat selalu bertahan dalam kondisi apapun dan Allah Swt pasti akan memberikan yang terbaik untuk kita.
Saya pribadi ingin memberikan contoh nyata dalam kehidupan yang Saya jalani selama ini. Mulai dari saat Saya duduk di bangku SMA Negeri 4 Kediri. Pada awalnya, dalam hati Saya tidak terima karena ditempatkan di SMA yang tidak favorit. Kemudian, seiring berjalannya waktu, Saya mulai menemukan sisi baiknya. Mungkin saja bila Saya diterima di SMA yang favorit maka Saya tidak akan menemukan jalan untuk kembali ke jalan Allah Swt alias bertaubat karena mengalami masa-masa buruk saat duduk dibangku SMP. Selain itu, banyak hikmah yang Saya dapatkan ketika Saya sudah ridho menjadi siswa SMA Negeri 4 Kediri, seperti misalkan tahun pertama Saya dikirim ke Surabaya untuk mewakili sekolah dan Kota Kediri dalam pertemuan OSIS Se-Jawa Timur di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya. Tahun kedua, Saya diberikan amanah menjadi Ketua OSIS (seperti yang sudah Saya ceritakan sebelumnya bahwa Saya tidak pernah terpikir dan terbanyangkan untuk menjadi Ketua OSIS karena ingin fokus belajar untuk masuk kedokteran UGM,hehe). Namun, karena itu sebuah amanah dari para guru maka Saya siap untuk berkompetisi dalam pemilihan Ketua OSIS yang terjaring 3 orang dan Saya terpilih secara mutlak padahal Saya tidak pernah mengkampanyekan diri sendiri. Saat menjadi Ketua OSIS, kemudian Saya belajar banyak hal dan sampai pada pertemuan dengan keluarga besar Indosat Kediri yang bersedia menjadi sponsor utama dalam acara Dies Natalies (DN) sekolah. Bahkan sampai sekarang Saya masih menjalin silaturahmi sangat baik dengan keluarga besar Indosat Kediri meskipun tidak dalam rangka kerjasama menjadi sponsor. Tahun ketiga, adalah tahun-tahun yang menentukan masa depan Saya karena harus mempersiapkan diri dalam tes UAN dan SNMPTN. Saya tidak menyangka mendapatkan kesempatan untuk mengikuti tes khusus masuk Unair Surabaya melalui jalur prestasi organisasi karena menjadi Ketua OSIS. Saya kemudian mengikuti tes tersebut dan Alhamdulillah gagal padahal Saya sangat ingin kuliah di Unair Surabaya jurusan Ilmu Komunikasi. Di kesempatan yang lain, Saya juga mendapatkan kesempatan untuk mengikuti tes masuk jalur prestasi di Universitas Negeri Malang (UM) dan Alhamdulillah lolos tapi jurusan Teknik Elektro. Setelah melalui pertimbangan dan sholat istikhoroh, Saya tidak mengambil kesempatan tersebut. Pada akhirnya, Saya mengikuti tes SNMPTN regional Surabaya dan waktu itu pilhan Saya adalah Unair dengan pilihan pertama, jurusan Kedokteran dan pilihan kedua, jurusan Ilmu Komunikasi. Alhamdulillah tes SNMPTN juga gagal. Pada waktu itu Saya hampir putus asa dan mulai berandai-andai, seandainya saja Saya ambil tiket masuk menjadi mahasiswa UM yang sudah pasti lulus. Di tengah keputus-asaan itulah, Saya terus memanjatkan doa kepada Allah Swt untuk tempat yang tebaik. Waktu itu masih ada waktu untuk daftar di Politeknik Negeri Malang tapi tidak Saya ambil karena hati mengatakan masih ada tempat lain yang lebih baik. Ditengah kegalauan dan keputus-asaan, tiba-tiba Saya ingin membuka situs web Undip. Setelah browsing, Saya mendapatkan informasi kalau Undip masih membuka kesempatan tes masuk melalui jalur mandiri. Saya masih ingat betul waktu itu Saya menggunakan koneksi internet di dalam Masjid Kampus Universitas Islam Kadiri (tempat Bapak Saya mengajar). Kemudian, Saya minta pertimbangan kepada orangtua dan Saya dianjurkan untuk mengikuti tes tersebut dengan mengambil jurusan Sastra Inggris. Pertimbangan tersebut diambil karena selain Bapak juga dulu alumni Sastra Inggris Undip, beliau juga ingin salah satu anaknya ada yang meneruskan seperti Bapak. Bismillah, Saya pun mengikuti tes tersebut dan Alhamdulillah lolos menjadi mahasiswa Sastra Inggris Undip.
Semester pertama dan kedua, masih bertanya-tanya dalam hati, Apakah ini jalanku?di Semarang? Saya masih tidak terima dengan hal tersebut. Tahun pertama kuliah Saya habiskan untuk kuliah saja dan tidak ada aktivitas lain, bahkan tak ada keinginan untuk ikut organisasi. Saya masih ingat betul pada saat ada acara E-Camp (Makrab jurusan Sastra Inggris), Saya tidak ikut dan malah pulang ke rumah. hehe (jadi ketahuan). Tahun kedua, Saya mengikuti SNMPTN lagi di Surabaya, berharap Saya lulus dan bisa meninggalkan kota Semarang yang sangat asing alias gak betah bagi Saya pada waktu itu. Saya masih terobsesi untuk masuk di Unair Surabaya jurusan Ilmu Komunikasi dan Alhamdulillah kedua kalinya ikut SNMPTN, Saya gagal. Mulai dari situlah proses penerimaan atas kondisi diri pun di mulai. Tahun kedua kuliah di Undip, Saya isi dengan mulai ikut organisasi dan berbaur dengan lingkungan menikmati keindahan kota Semarang. Singkat cerita, kemudian Saya mendapatkan amanah menjadi Ketua BEM FIB Undip tahun 2011. Saya tidak pernah menyangka dan tidak pernah terpikirkan untuk menjadi Ketua BEM. Amanah tersebut datang mengalir saja dan Saya hanya berusaha untuk menjalankannya dengan sebaik-baiknya. Selain itu ada banyak hikmah lain saat Saya sudah ridho dengan keadaan bahwa Saya harus kuliah di Semarang, namun hal tersebut tidak bisa Saya ceritakan semuanya disini. Saya bersyukur bisa menjalani kuliah S1 di Undip Semarang karena banyak kenangan disana. Alhamdulillah, kenangan tersebut memberikan banyak sekali hikmah dalam kehidupan Saya. Mungkin jika Saya pada tahun 2009 diterima di Unair dan pindah ke Surabaya maka Saya tidak memiliki kenangan hidup selama di Semarang. Oleh karena itulah kenapa Saya selalu berusaha untuk berpikir dan berprasangka baik dalam keadaan dan kondisi bagaimanapun. Karena dengan begitu, Saya bisa menemukan kedamaian dan ketenangan batin dalam menjalani kehidupan ini.
"Melihat dari sudut pandang yang berbeda maka kita akan bisa menemukan hikmah dan kebaikan di dalamnya." #FT
Mudah-mudahan sedikit cerita tersebut memberi manfaat bagi kita dan dapat digunakan sebagai pelajaran dalam menemukan Benang Merah Kehidupan kita masing-masing. Dengan begitu kita akan selalu bersyukur dalam mensikapi apa yang menjadi ketentuan dan kehendak Allah Swt. Mungkin itulah makna dari Tuhan tidak memberikan apa yang kita inginkan tapi memberikan apa yang kita butuhkan.
"Melihat dari sudut pandang yang berbeda maka kita akan bisa menemukan hikmah dan kebaikan di dalamnya." #FT
Mudah-mudahan sedikit cerita tersebut memberi manfaat bagi kita dan dapat digunakan sebagai pelajaran dalam menemukan Benang Merah Kehidupan kita masing-masing. Dengan begitu kita akan selalu bersyukur dalam mensikapi apa yang menjadi ketentuan dan kehendak Allah Swt. Mungkin itulah makna dari Tuhan tidak memberikan apa yang kita inginkan tapi memberikan apa yang kita butuhkan.