Sabtu, 15 Februari 2014

The Miracle Of Giving Love : Cintaku Memang Beda

Dear my blog,

"Selama ini aku menjaga diri, hati, maupun perasaanku untuknya tapi jika dia memang tidak bisa menjaga diri, hati, maupun perasaannya untukku maka itu pertanda bahwa dia memang bukan jodoh terbaik untuk menjadi pendamping hidupku dan Tuhan pasti akan memberikan jalan terbaik dan terindah yang tidak menyakitkan hatiku untuk selama-lamanya." #FT

Tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi tentang jodoh yang akan mendampingi hidupmu nanti karena dia sekarang sudah tercatat dalam suratan Ilahi. Persiapkan dirimu untuk menjadi seorang suami atau isteri yang baik untuk rumah tanggamu nanti. 
Nah, cinta yang seperti apa yang ada padamu. Apakah dia memang baik untukmu atau justru menjadikanmu lebih buruk dalam kehidupanmu. 
"Cintaku memang beda karena membuat kita lebih dewasa, bijaksana, dan saling percaya." #FT
Tak perlu lagi menanyakan lagi apa?dengan siapa?semalam berbuat apa? dan tak perlu saling marah-marahan kalau tidak jawab telpon, balas sms, ataupun mention-an. Karena cinta yang benar-benar datang dari Tuhan akan mengubah manusia menjadi lebih baik dan mendewasakan dalam kehidupan. Dan itulah hakekat cinta yang sesungguhnya.
[Bersambung]

Selasa, 11 Februari 2014

Indeks Pendapatan Komulatif (IPK)

Indeks Pendapatan Komulatif (IPK)
Oleh : Febri Taufiqurrahman
(Mahasiswa Jurusan Linguistik Deskriptif, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia)
Naskah Artikel Kolom Poros Mahasiswa di Koran Sindo
Tema "Ide Kreatif Untuk Indonesia


Setiap tahun ribuan Sarjana Baru (Fresh Graduate) memadati tempat-tempat Job Career yang diselenggarakan oleh Perusahan Lokal maupun Nasional baik Negeri maupun Swasta. Banyak diantara mereka yang berlomba-lomba memasukan lamaran kerja pada saat Job Career di selenggarakan. Semakin banyak apply itu berarti akan semakin besar kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan. Betul kah? Itulah tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Pengangguran para sarjana muda. Lantas apakah ada yang salah dengan sistem pendidikan di Indonesia? Sistem yang dilandaskan pada Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat.
Pertama, Pendidikan, setiap Mahasiswa selama 4 tahun secara formal telah mendapatkan pendidikan sesuai dengan jurusannya masing-masing. Selama itulah para Mahasiswa mendapatkan hard skill sesuai dengan keahlian bidang masing-masing. Jadi tidak ada alasan lagi bagi Mahasiswa untuk tidak mendapatkan keahlian sesuai dengan bidang ilmunya masing-masing. Kedua, Penelitian, dalam mengaplikasikan ilmunya maka setiap mahasiswa diberikan kewajiban untuk melakukan penelitian sebagai tugas akhir ataupun skripsi yang objek kajiannya diharapkan mampu bermanfaat untuk masyarakat. Ketiga, Pengabdian Masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk magang di salah satu perusaan, Kuliah Kerja Lapangan (KKL), ataupun Kuliah Kerja Nyata (KKN). Dalam kegiatan tersebut, Mahasiswa diharapkan mampu mengembangkan kemampuan soft skill lebih luas seperti public speaking, public relation, marketting, dan entrepreneurship. Namun pada kenyataanya kegiatan tersebut hanya sebatas kegiatan formalitas sebagai salah satu prasyarat kelulusan. Nah setelah semua prasyarat kelulusan didapatkan maka seorang Mahasiwa akan mendapatkan gelar Sarjana sesuai dengan bidangnya. Lantas mengapa masih banyak Sarjana Muda yang susah mendapatkan pekerjaan?Ataukah karena sempitnya lapangan kerja?Atau sulitnya lolos dalam seleksi yang diadakan oleh Negara maupun Perusahan Swasta?

Saat ini IPK atau Indeks Prestasi Komulatif tinggi belum bisa menjamin seorang Sarjana Muda langsung mendapatkan pekerjaan. Tapi hal itupun tidak bisa dijadikan barometer dalam menentukan seorang Sarjana Muda sulit mendapatkan pekerjaan. Kita membayangkan apabila prasyarat kelulusan tidak hanya karena nilai kelulusan pada setiap Mata Kuliah Wajib, Skripsi, dan KKN akan tetapi juga dibebankan kepada setiap Mahasiswa untuk menunjukan IPKnya, bukan Indeks Prestasi Komulatif akan tetapi Indeks Pendapatan Komulatif. Jadi ketika akan lulus setiap Mahasiswa bukan hanya ditanya tentang nilai IPK akan tetapi juga berapa banyak saldo tabungan dalam rekeningnya. Memang selama ini sudah ada program Kewirausahan Mandiri bagi Mahasiwa, namun hal itu belum cukup efektif dalam membantu mengurangi angka pengangguran di Indonesia. Bahkan dalam prakteknya program tersebut dimanfaatkan oleh oknum Mahasiswa hanya untuk mendapatkan dananya saja untuk keperluan pribadinya sehingga masih butuh Monitoring dan Evaluasi (MONEV) yang lebih baik. Jadi kesimpulannya perlu adanya kewajiban bagi setiap Mahasiswa sebelum dinyatakan lulus sebagai Sarjana Muda harus mencantumkan jumlah saldo rekening dari hasil usaha mereka selama menjadi Mahasiswa sesuai dengan bidangnya masing-masing.