Lama saya tidak berkunjung dan menulis di blog ini, ya waktu saya untuk istiqomah menulis blog belum bisa terlaksana karena ada banyak hal yang harus saya tulis diluar blog ini [Naskah], sebagai seorang penulis amatir saya masih harus banyak belajar dan mengembangkan gaya dan bahasa tulisan saya agar mudah dan menarik dibaca oleh para pembaca. Sumber tulisan dari penulis adalah dari buku yang dia baca. Semakin banyak buku yang dibaca maka semakin banyak referensi kosakata yang didapatkan untuk menulis. Buku tidak hanya bisa didapat dari tulisan-tulisan penulis yang sudah diterbitkan, akan tetapi menurut saya, sesuatu yang bisa kita baca dan bermakna adalah buku. Seperti dalam timeline sosial media, tulisan reklame iklan dijalan raya, percakapan tukang becak, percakapan para politisi, dialog dalam film, dsb. Cukup sekian intermezonya dan kita langsung ke topik tulisan yang ada dalam pemikiran penulis malam ini......
Ya sesuai judul diatas, Jumat yang lalu [10/01/2014] seorang tokoh politisi muda yang dulu pernah saya ramalkan akan menjadi pemimpin bangsa ini ditahan karena diduga melakukan korupsi. Benarkah?? Pertanyaan ini yang muncul dalam hati saya. Banyak hal yang saya baru mengerti setelah beberapa bulan tinggal di Jakarta. Salah satunya terkait dengan persepsi yang saya punya terkait isu politik yang berkembang di negara ini. Tidak lain persepsi itu dibentuk karena peran aktif media yang memberikan informasinya. Akan tetapi perlahan persepsi tersebut mulai luntur karena fakta yang saya ketahui dari jantung informasi yakni Jakarta sebagai ibukota negara.
Nah perlahan saya mulai melakukan analisis pribadi dan mempunyai hobi baru yakni mengumpulkan artikel-artikel yang berkaitan dengan isu politik yang pernah terjadi di Indonesia. Entah apakah itu nanti dikemudian hari bermanfaat atau tidak, namun saya meyakini bahwa apa yang kita tulis tak akan pernah mati meskipun jasad kita terkubur abadi. Kenapa kok politik? Salah jika Anda mencoba menghindari dunia politik karena politik tidak akan terlepas dari kehidupan kita, mulai dari kehidupan dalam keluarga, sekolah, kuliah, maupun bekerja. Jika tidak percaya lihatlah keadaan disekitar Anda! Jadi mulailah mencintai politik agar kita tidak disakiti dan dibodohi oleh kehidupan yang begitu sangat keras ini.
Kembali ke topik, ehm bukan topikurrahman lho ya.. *senyum. Hal pertama yang dilakukan ketika mendengar apa yang diberitakan oleh media adalah mencoba untuk penasaran BENARKAH? ya pertanyaaan itu yang harus muncul dalam benak hati kita. Bukan sepenuhnya salah medianya akan tetapi kita tidak tahu apa yang diberitakan oleh media tersebut memang hanya setting-an atau beneran dari para obyek ataupun subyek yang diberitakan. Mengenai kasus Mas Anas ini saya belajar banyak hal mengenai betapa benar-benar kejamnya dunia politik praktis. Namun hal ini tidak membuat saya takut, justru semakin menguatkan keyakinan saya bahwa jalan politik merupakan cara untuk mengabdi untuk bangsa ini. Itulah kenapa saya jadi santri kalong di Pesantren Mahasiswa Al Hikam 2 Depok karena saya ingin mempelajari bagaimana berpolitik dengan baik yang diajarkan oleh Kanjeng Nabi Rasululloh Saw.
Kita menggaris bawahi, apakah ini setting-an dari obyek maupun subyek yang diberitakan?maka jika benar, Mas Anas adalah aktor yang awal mulanya dicitrakan baik dan sekarang menjadi seorang yang jahat. Mengapa saya bisa berasumsi seperti ini. Jika kita melihat pasca reformasi 1998 begitu terbukanya akses media dan informasi di negara ini. Bahkan investasi perusahan asing berbondong-bondong menguasai negeri ini. Kita bersama tahu kasus 1965 yang sampai sekarang fakta belum ditemukan siapa yang bertanggungjawab dibalik insiden tersebut. pra dan pasca 1945 hingga 1998 bagaimana kita melihat perang dinegara ini ditunjukan oleh kekuatan militer. Namun saat ini setelah 1998, kita sama-sama mengetahui bahwa perang yang lebih kejam daripada militer telah kita rasakan yaitu perang persepsi (war of perception). Bagaimana persepsi kita dibentuk oleh Sang Sutradara. Nah Lantas siapakah Sang Sutradara dari film ini? Bahkan waktupun tidak akan mampu menjawab siapa. Karena Sang Sutradara akan tetap hidup walaupun para pemain sudah tiada atau ditiadakan.
Oleh karena itu kita harus berhati-hati dan waspada terhadap kemungkinan yang terjadi. Saya meyakini bahwa Sang Sutradara tersebut berencana menghancurkan negara ini. Mulai dari menghancurkan tokoh-tokoh politik yang awalnya diperankan baik kemudian diakhir cerita pasti dipersepsikan tidak baik. Mengadu domba antara pemerintah dan masyarakat dengan berbagai manuver politiknya. Mas Anas adalah salah satu sekian orang yang akan jadi "Tumbal Politik" entah Mas-mas siapa lagi yang akan jadi tumbal. Kita sama-sama akan melihat nantinya karena Sang Sutradara masih mencari pemain pengganti. Karena tidak hanya Mas Anas, tapi juga tokoh-tokoh politik lain yang akan jadi tumbal. Inilah yang akan menjadi tujuan Sang Sutradara. Negara ini hancur maka Sang Sutradara yang akan menikmati keuntungannya karena tidak perlu dengan kekuatan militer tapi negara ini akan hancur karena tangan bangsanya sendiri.
Semoga Tuhan melindungi dan mempersiapkan iman kita untuk menghadapi skenario Sang Sutradara berikutnya.
Catatan: Penulis bukanlah loyalis Mas Anas akan tetapi penerus perjuangan Gus Dur dimana beliau juga pernah mendapatkan fitnah dalam kasus korupsi Bullogate dan Bruneigate. Dan ternyata tidak terbukti, dan Alloh menyelamatkan Gus Dur dengan berhentinya beliau jadi Presiden. Setelah itu dibuktikan lagi bagaimana masyarakat mencintai beliau dengan masih banyaknya peziarah dari lintas agama yang datang ke makam beliau di Ponpes Tebu Ireng Jombang.