Rabu, 22 Juli 2020

Regenerasi dan Kaderisasi: Kalau bukan kita, siapa lagi!

Kita tidak pernah tahu akan hidup sampai kapan. Yang kita tahu adalah selama kita masih diberikan kesempatan untuk hidup di dunia, maka kita harus berusaha melakukan hal-hal yang baik dan bermanfaat sebagai bekal dalam menjalani kehidupan nanti di akhirat. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain Khoirunnas A'faahum Linnas.


Minggu, 07 Juni 2020

Gusti Allah Mboten Sare! #Part3

Alhamdulillah sekali lagi Allah Swt memberikan karunianya. Hari Jum'at, 5 Juni 2020 mendapatkan kabar jika adik perempuan satu-satunya, Elmira Falisha Noya lolos seleksi PPDB 2020 dan diterima di SMP Negeri 1 Kediri tanpa tes. 

Gak terasa adik cewek satu-satunya sudah masuk SMP di tempat yang sama dengan saya dulu. Tidak menyangkanya lagi bisa masuk melalui jalur prestasi dan tanpa tes sama sekali. Do'i mendaftar melalui jalur prestasi dengan melampirkan sertifikat juara Lomba MHQ Sekota Kediri, Polisi Cilik Tingkat Provinsi Jawa Timur, Duta Wisata (Raki) Cilik Jawa Timur, dan Lomba Story Telling Tingkat Kota Kediri. 
Tadinya gelisah menunggu pengumuman dg cara mengulangi hafalan Qur'an, tapi malah ketiduran.
Saya memang punya harapan dan cita-cita mewujudkan impian do'i menjadi seorang dokter yang hafal Qur'an (Aamiin Yra). Sebagai kakak pertama, saya akan dukung penuh. Dulu pernah nadzar dan punya janji dg do'i, kalau masuk SMP Negeri 1 Kediri akan saya belikan HP. Ternyata do'i masih inget. Alhasil, hari ini langsung ditodong sama do'i beli HP. 
Alhamdulillah, tahun ini pertama kalinya saya mendapatkan THR sebagai dosen. Maunya sih langsung berikan THR ke istri, tapi sampai hari ini saya cari belum ketemu (hehe). Mudah-mudahan tahun depan sudah ketemu, jadi bisa langsung kasih THR untuk istri (Aamiin Yra). Akhirnya, tahun ini sebagian THR langsung saya berikan Ibu untuk beli mesin cuci yang baru karena mesin cuci yang lama sudah rusak. Sisanya masih ada untuk membelikan HP buat adik cewek satu-satunya ini sebagai hadiah karena do'i sudah belajar dengan giat dan tekun hingga bisa masuk SMP Negeri 1 Kediri tanpa tes. Alhamdulillah wa syukurillah rezeki yang tidak disangka-sangka. Gusti Allah mboten sare!



Kamis, 04 Juni 2020

FOKUS

"Teruslah berkarya dan melangkah maju, fokus pada tugas dan kewajibanmu, tidak usah pedulikan omongan miring orang-orang di belakangmu. Lha kalau orang-orangnya ada di depan atau di samping? Ya, diajak ngobrol sambil ngopi santai aja. 😁"

Kamis, 02 April 2020

Gusti Allah mboten sare! #Part2

Alhamdulillah wa syukurillah, awal bulan April 2020 mendapatkan kabar baik lagi. Apa mas? Diajakin taaruf lagi ya? Bukan kok, hehe. Alhamdulillah proposal penelitian dan pengabdian masyarakat diterima dan didanai oleh fakultas. Sebelumnya, seperti yang sudah saya tulis dalam blog ini jika proposal penelitian yang lain juga telah didanai oleh universitas. Ini merupakan karunia dan berkah luar biasa yang diberikan Allah Swt.

Pengabdian Masyarakat didanai 7.500.000

Penelitian didanai 30.000.000


Kata Bapak dan Ibu, ini adalah salah satu buah dari kesabaran saya selama ini. Seperti yang sudah pernah saya ceritakan sebelumnya jika sepanjang tahun 2018-2019 yang lalu saya mendapatkan ujian, yaitu ada oknum sekeluarga di Semarang yang sampai saat ini belum mengembalikan uang  saya  yang mereka pinjam dalam jumlah yang cukup besar. Sudah berkali-kali menagih dengan baik-baik, tapi tidak ada hasil. Sampai akhirnya, saya memutuskan untuk tidak menagihnya lagi karena saya yakin jika Allah Swt akan menggantinya dengan berkali-kali lipat. Sekali lagi, atas kuasa Allah Swt hal itu benar-benar terjadi. Jika dihitung-hitung dalam waktu 1 bulan ini, Allah Swt telah mengganti rezeki 4 kali lipat dari jumlah hutang mereka. Belum dengan rezeki yang lain berupa kelancaran pekerjaan, karir, kesehatan, beasiswa studi, dan sebagainya. Meskipun demikian, hutang tetaplah hutang. Sampai kapanpun, saya tetap menganggap bahwa uang yang mereka pinjam adalah hutang yang harus dibayar. Saya hanya pasrah saja kepada Allah Swt atas perbuatan dzalim yang mereka lakukan. Selama uang itu tidak dikembalikan, maka mereka akan bayar dengan pahalanya. Begitupula, dosa-dosa saya pun akan diambil mereka. Sebagaimana pesan Almaghfurllah Ustadz Arifin Ilham dalam ceramahnya:
"Hutang yang sengaja tidak dibayar dan ia lari dari tanggung jawab. Seakan selamat dari penagihnya. Tidak akan selesai. Tetap di akhirat akan dituntut untuk membayarnya. Ia bayar dengan pahalanya. Kalau tidak, maka dosa orang yang beri hutang padanya, diambil olehnya. Naudzubillah."
Saya menuliskan ini agar menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Yakin dan percayalah bahwa Gusti Allah mboten sare!

Minggu, 08 Maret 2020

Gusti Allah Mboten Sare!

Gusti Allah mboten sare! Alhamdulillah mendapatkan kabar melalui wa jika proposal penelitian 2020 lolos didanai Rp 72.000.000. Rezeki yang tidak disangka di awal tahun 2020. Pengorbanan dan perjuangan yang tidak sia-sia. Awalnya memang tidak berencana mengajukan proposal penelitian karena merasa ragu masih  menjadi dosen baru. Meskipun beberapa kali sudah pengalaman menulis proposal penelitian dan pengabdian masyarakat semasa dulu kuliah di UI, tapi ini baru pertama kalinya menulis proposal penelitian di Universitas Negeri Malang. Berkat saran teman-teman dan dukungan dari para Profesor, akhirnya saya pun memutuskan untuk mencoba menulis proposal penelitian. Masih ingat betul waktu itu, dua hari lembur duduk di depan laptop untuk menyelesaikan proposal. Bahkan, malam itu juga  dihadapkan pada pilihan sulit. Di satu sisi, harus menyelesaikan proposal penelitian karena malam itu merupakan malam terakhir waktu submit proposal, tapi di sisi lain tanpa diduga tiba-tiba saja ada ajakan untuk taaruf. Nah, bingung kan!
Bismillah, meski berat, akhirnya memutuskan tetap menyelesaikan proposal penelitian karena  ini merupakan tanggung jawab sebagai seorang dosen yang harus melakukan Tridarma, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian. Selama ini saya memang hanya fokus meraih cita-cita untuk memenuhi harapan orang tua. Untuk masalah cinta, saya yakin dia akan datang tepat pada waktunya. Saya juga sangat yakin jika jodoh sudah Allah Swt tentukan kapan, di mana, dan dengan siapa. Seperti halnya rezeki, maka jodoh pun tidak akan pernah tertukar. Saya yakin jika dia memang jodoh terbaik, maka pasti Allah Swt akan pertemukan kembali. Jika tidak berjodoh, maka ini adalah jalan terbaik dari Allah Swt. Yang jelas jika ada kesempatan untuk taaruf kembali, maka langsung saja lamaran. Iya, setuju kan? hehe....


Senin, 24 Februari 2020

"Tidak diberi adalah pemberian"

Dear my blog, long time no see ya....
Alhamdulllah tepat di hari milad 14 Februari kemarin mendapatkan kabar yang selama ini ditunggu-tunggu dan akhirnya datang juga. Yang selama ini selalu ada dalam doa di sepertiga malam, akhirnya terkabul juga. Jodoh ya mas? Bukan, Tenang, jangan panik ya. Saya masih menjaga diri dan hati kok. Hehe. Jadi begini. Sore itu, ketika rintik hujan turun, saya tiba-tiba mendapat wa dari admin kepegawaian kampus yang menanyakan kesediaan saya untuk mengikuti latsar (prajab) CPNS 2019 pada tanggal 29 Maret 2020 nanti. Ya, inilah salah satu yang saya tunggu-tunggu selama ini. Tidak terasa sudah hampir satu tahun saya mengabdi di kampus dengan status CPNS dan sementara waktu harus menunda kelulusan kuliah S3 karena menunggu latsar (prajab) dan surat tugas belajar. Inilah faktor yang menjadi penghambat saya untuk menyelesaikan studi S3. Awalnya, ketika diterima sebagai dosen CPNS 2019, saya diminta memilih antara ASN atau S3. Pilihan yang sama-sama sulit. Di satu sisi, saya sudah berjuang dari 0 (nol) untuk mengikuti seleksi dosen CPNS, tapi di sisi lain saya juga tinggal selangkah lagi lulus S3. Akhirnya, saya berikhtiar mencari solusi dengan bertemu Sekjen Ristekdikti (sekarang, Kemendikbud-dikti) dan menanyakan langsung hal tersebut. Beliau menyarankan untuk tetap menjalankan tugas sebagai dosen dan melanjutkan studi S3 saja. Beliau juga menyampaikan jika Dikti sebenarnya kurang sepakat dengan peraturan Menpan tentang pemberian surat tugas belajar untuk dosen yang ingin lanjut S3 dengan persyaratan harus mengikuti latsar (prajab) 1 tahun setelah SK CPNS dan harus menunggu 1 tahun lagi setelah SK PNS turun. Nah, baru setelah itu surat tugas belajar bisa diberikan. Padahal Dikti sendiri mendorong agar para dosen segera melanjutkan studi, minimal sampai S3. Sementara itu, tidak ada regulasi tentang dosen CPNS yang ketika diterima, tapi statusnya juga sedang studi S3.  Jika saya paksakan untuk segera lulus S3, maka studi S3 saya bisa saja tidak diakui. Akhirnya, saya pun memutuskan untuk tetap aktif kuliah S3 dengan membayar SPP tiap semester. Alhamdulillah, meski Beasiswa Unggulan Kemendikbud yang saya dapatkan hanya membiayai sampai semester 6, saya mendapatkan 2 beasiswa yang lain untuk membayar SPP selanjutnya, yaitu beasiswa Disertasi LPDP dan Beasiswa Program Disertasi Hibah UI (cerita ini akan dilanjut di bawah). Di situlah, saya semakin yakin jika Allah Swt sudah mengatur segalanya. Begitu pula dengan jodoh. Lho.... hehe...
Saya jadi teringat pesan (alm.) Abah KH. A. Hasyim Muzadi ketika mengikuti pengajian beliau yang membahas kitab Al-Hikam di Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Depok setiap ba'da shubuh. Salah satu pesan beliau yang sampai sekarang masih terngiang adalah "Tidak diberi adalah pemberian. Ya, jika kamu sudah berikhtiar dan berdoa meminta sesuatu kepada Allah Swt, tapi jika doa kamu belum dikabulkan, maka itu adalah pemberian. Suatu saat nanti kamu akan mengerti pemberian apa yang diberikan Allah Swt. Yang jelas pemberian itu adalah pemberian terbaik dari Allah Swt untuk kamu." Dari pesan beliau itulah, saya semakin yakin jika Allah Swt sudah mengatur semuanya. Ingin rasanya segera lulus S3 untuk memenuhi harapan Ibunda menjadi Doktor muda, tapi apa daya harus sedikit bersabar menunggu hingga selesai mengikuti prajab dan mendapatkan surat tugas belajar. Kalau flashback masa-masa perjuangan dulu. Saya jadi mengerti mengapa waktu itu pada bulan Februari 2018, saya gagal mengikuti tes dosen tetap non PNS di Universitas Negeri Malang. Awalnya memang sempat down. Namun, ternyata memang Allah Swt belum mengizinkan menjadi dosen waktu itu karena saya harus menyelesaikan proposal disertasi terlebih dahulu. Alhamdulillah bulan Mei 2018 saya lulus ujian proposal disertasi. Saya tidak membayangkan bagaimana jadinya jika pada waktu itu saya diterima sebagai dosen tetap non PNS di Universitas Negeri Malang, tapi saya belum lulus ujian proposal disertasi. Pasti akan lebih berat untuk segera lulus. Itulah mengapa pada waktu itu Allah Swt tidak mengizinkan saya untuk menjadi dosen tetap non PNS di Universitas Negeri Malang karena jika saya diterima, maka akan semakin berat menjalaninya. Bukannya Allah Swt tidak mengabulkan, tapi Allah Swt menunda waktunya saja.
Pada bulan November 2018, saya mengikuti tes CPNS untuk formasi Dosen Linguistik di Universitas Negeri Malang. Saya masih ingat betul bagaimana perjuangan mengikuti tes CAT CPNS di Kantor Walikota Jakarta Utara. Selama 1 bulan, saya fokus belajar latihan soal-soal CAT CPNS. Sambil menjaga toko, saya latihan soal-soal CAT CPNS berkali-kali sampai menemukan pola soalnya. H-1 sebelum ujian, saya masih perjalanan kereta dari Kediri menuju Jakarta. Sampai di Jakarta Pkl. 22.30 langsung naik KRL menuju Depok. Sampai di rumah Depok terjadi drama, adik ketiduran dan pintu terkunci dari dalam. Akhirnya menunggu sampai Pkl. 01.00 baru pintu terbuka. Sempat istirahat dan merebahkan badan sebentar sampai Shubuh. Setelah sholat Shubuh, diantarkan adik ke terminal Depok. Dari terminal Depok naik Busway ke Kantor Walikota Jakarta Utara. Di dalam Busway sempat tidur sebentar. Dengan mata yang masih ngantuk berjalan dari halte ke kantor Walikota Jakarta Utara. Sampai di sana sistem tes CAT bermasalah sehingga tes ditunda sampai setelah shalat Jumat. Alhamdulillah (dalam batin). Saya memutuskan mengisi waktu dengan shalat sunnah dhuha dan membaca surah Ar-Rahman di Masjid Kantor Walkot Jakut. Setelah itu, karena mata masih ngantuk, saya memutuskan untuk tidur di Gazebo area perkantoran sambil menunggu waktu shalat Jumat tiba. Saya memilih istirahat dan menenangkan diri daripada harus belajar latihan soal-soal CAT seperti yang lain. Waktu ujianpun tiba. Saya memasuki ruang ujian dengan berdoa dan bersalawat dalam hati. Saya hanya fokus dengan diri saya sendiri dan tidak menghiraukan yang lain. Di saat yang lain keluar terlebih dulu, saya terus mengerjakan soal-soal CAT sampai waktu habis. Hati pun berdegup kencang dan tidak berani menekan tombol "selesai". Sekejap saya menutup mata. Kemudian, saya buka mata perlahan dan melihat nilai yang keluar. TWK 95, TIU 80, TKP 145. Alhamdulillah lolos Passing Grade (PG). Saya pun berjalan keluar dengan terus mengucap syukur kepada Allah Swt dan ingin segera memberi kabar kepada orangtua. Saya tidak menghiraukan hiruk pikuk pasca tes. Katanya, ada panitia yang sedang mencari siapa yang lolos PG, tapi saya hanya diam saja dan berjalan melipir keluar. Pada waktu itu memang banyak yang tidak lolos PG sehingga pemerintah memutuskan untuk memeringkat yang tidak lulus PG, tapi tetap memberikan prioritas yang lulus PG. Dua bulan kemudian, pengumuman resmi dari pemerintah keluar. Alhamdulillah mendapat peringkat pertama untuk melanjutkan tes SKB (Seleksi Kompetensi Bidang). Ketika itu saya berhadapan head to head dengan adik kelas S2 Linguistik FIB UI yang baru lulus. Saya hanya pasrah kepada Allah Swt, jika memang rezekinya di Universitas Negeri Malang, maka pasti tidak akan pernah tertukar. Hari pengumuman tiba. Ketika itu saya berada di Pamekasan, berkunjung ke rumah dr. Saifuddin Abbas, adik kandungnya Bapak yang ditugaskan menjadi Ketua IDI Pamekasan (Sekarang menjadi Pengurus IDI Wilayah Jawa Timur). Di Pamekasan Madura sulit sinyal. Jadi sulit untuk mengunduh pengumuman. Saya masih ingat betul, waktu itu sampai mencari sinyal di perbatasan Pamekasan, tapi tidak mendapatkan sinyal untuk  mengunduh file yang besar. Belum sempat selesai mengunduh, tiba-tiba mendapat kiriman file pengumuman dari teman dan dinyatakan lulus. Alhamdulillah. Seketika itu mengucap syukur di dalam mobil bersama Bapak. Perjuangan dan pengorbanan selama ini tidak sia-sia. Belum selang sebulan setelah pengumuman CPNS, tiba-tiba mendapat email dari LPDP tentang beasiswa disertasi yang ditanyakan lolos. Seminggu kemudian, mendapat kabar dari pembimbing akademik jika proposal Program Hibah Tugas Akhir Doktoral UI yang juga lolos. Alhamdulillah wa syukurillah terucap rasa syukur yang tak terhingga atas segala nikmat yang telah diberikan Allah Swt. Semua ini saya persembahkan sebagai kado awal tahun 2019 untuk Ibunda tercinta. Ya, seperti yang sudah saya tulis sebelumnya, Ibu ingin anak-anaknya bisa menyelesaikan studi hingga S3. Saya menyadari bahwa sebagai anak pertama, saya memiliki tanggungjawab dan harus memberikan contoh kepada adik-adik untuk memenuhi harapan Ibunda. Itulah alasan mengapa selama ini saya hanya fokus dan sibuk mengejar cita-cita. Untuk masalah cinta, saya yakin dia akan datang jika sudah waktunya. Meski tidak datang dengan cepat, tapi saya yakin jika dia pasti datang dalam waktu yang sangat tepat. Selama ini saya hanya menjaga diri dan hati karena saya juga yakin jika jodoh saya nanti pasti sedang menjaga diri dan hati. Mungkin dia belum datang saat ini karena Allah Swt ingin saya fokus untuk menyelesaikan disertasi. Saya yakin dia Insyaallah akan datang pada wisuda S3 di UI nanti. Aamiin Yra.